Sabtu, 31 Juli 2021

Cerpen "Hujan" - Karya Ghaisani


Hujan

Cerpen Karya : Ghaisani Ayu Hardinie


Di pagi hari yang cerah ini adalah hari yang baru bagi Sea Almeera Dalton ini adalah hari pertamanya bersekolah. Iya baru saja kembali setelah 5 tahun menetap di negeri Gingseng Korea karena ayahnya John Dalton yang harus mengatur perusahaan di cabang Korea dan ibunya yang mengurusi butik dengan merek ternamanya. Sea tahu sulit sekali untuk kembali beradaptasi dengan sekitar setelah 5 tahun meninggalkan negeri ini.

"Seaaa bangun ini sudah jam 6 kau akan terlambat nak" teriak mami Emely dari lantai bawah.

Sea terperanjat seketika setelah mendengar teriakan Mama Emely lalu berlari untuk mandi dan mengejar waktu agar tidak terlambat. Ia menggunakan seragam baru nya mengikat rambutnya yang tergerai dan membubuhkan sedikit liptint di bibirnya. Sekarang ia siap untuk berangkat, ia mengambil tasnya lalu berlari kelantai bawah menemui Emely.

"Mami aku pamit " ujar Sea.

"Sarapan dulu" ucap Emely meminta anaknya untuk sarapan.

"Tidak mi tidak akan sempat aku akan sarapan di kantin sekolah saja maaf kan anak mu ini mami" ujar Sea lalu mencium tangan Emely.

Lima belas menit lagi bel masuk tapi ia masih di perjalanan terjebak padatnya jalanan di pagi hari membuat Sea sedikit kesal di hari pertamanya bersekolah ini. Sungguh bukan ini yang ia harapkan melainkan datang pagi dan berkeliling melihat betapa megahnya sekolah barunya.

Jalanan kota semakin padat padahal ia sudah sangat dekat dengan sekolah Victoria didepan sana dengan gerbang hitam menjulang besar yang sebentar lagi akan tertutup.

"Tak akan ku biarkan kau tertutup sebelum aku melewati mu." gumam Sea dalam hati.

"Pak turun kan aku disini." pinta Sea pada supir pribadinya itu.

Pak supir meminggirkan kendaraan untuk menurunkan Sea. Sea berlari terengah-engah menatap gerbang yang akan tertutup sebentar lagi.

"Brukk" ia bertabrakan tepat di depan gerbang besar itu. Sea tersungkur, lututnya memar dan tangannya penuh dengan luka dan darah.

"Kau baik baik saja ?" tanya lelaki itu, dia yang bertabrakan dengan Sea namun ia hanya mendapatkan luka kecil di bagian sikutnya.

"Aku baik baik saja" jawab Sea, ia mencoba untuk berdiri mencoba bertumpu dengan kakinya sendiri namun luka itu membuatnya lemah, ia terjatuh kembali. Tak dapat di pungkiri luka memar di bagian kakinya membuatnya sedikit meringis.

"Aku akan membantumu " ujar lelaki itu.

Sea hanya bisa pasrah akan keadaannya sekarang jika Emely tahu pasti ia akan di marahi habis habisan. Emely benci melihat putrinya tersakiti maka dari itu sejak Sea lahir kedunia ia selalu memanjakan Sea dengan segala hal yang ia punya. Anak lelaki itu memapah Sea berjalan menuju ruang kelasnya.

"Kenapa kau mengantarku kekelas mu?" tanya Sea.

"Semua anak kelas tahu bahwa kau itu murid baru di kelas ini" jawan anak lelaki itu.

Sea hanya menjawab dengan anggukan.

"Tunggu disini aku akan mengambilkan mu obat" ujar anak lelaki itu lalu pergi seketika.

Sea memperhatikan luka di bagian tubuhnya memar membiru dan mulai bernanah di bagian lututnya dan lecet berdarah di bagian telapak tangan dan sikutnya. Hari ini hancur mulai dari Sea yang terlambat bangun, kepadatan lalu lintas di pagi hari hingga tersungkur, nanti apalagi?. Lelaki itu kembali dengan membawa sebuah kotak bertuliskan P3K. Ia berjalan menghampiri Sea yang tengah duduk memperhatikan luka dia tanganya dan sesekali meringis.

"Sini biar ku obati lukamu". Sea hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan lelaki itu.

Ia mulai membersihkan luka Sea satu persatu dengan hati hati lalu membubuhkan obat merah dan memperbannya.

"Sudah selesai". Ujar lelaki itu.

"Terimakasih" ucap Sea.

Lelaki itu hanya menggangukan kepala lalu berjalan meninggalkan Sea. Belum sempat ia berjalan Sea menarik lengan kirinya membuat ia berbalik dan menatap Sea.

"Kau juga terluka biar aku yang obati luka mu" ujar Sea.

"Ini hanya luka kecil kau tak usah khawatir"

"Tapi itu akan infeksi jika tak di obati ".

Sea tak memerdulikan ucapan lelaki itu ia menarik lengannya membuat lelaki itu terduduk di atas meja yang ada tepat di sebelahnya. Sea mulai mengobati luka itu dengan perlahan lalu menutupnya dengan plester.

"Selesai" ucap Sea lalu tersenyum.

Lelaki itu menatap Sea garis senyum terukir di wajahnya.

"Mulai saat ini jika kau butuh sesuatu bilang saja padaku aku akan membantumu..... Sea " ujar lelaki itu lalu berdiri dan duduk kembali tepat di sebelah Sea.

Sea memicingkan matanya satu pertanyaan berputar putar di otaknya.

"Bagaimana kau tau namaku?" Tanya Sea.

"Nametag mu, oh ya nama ku Michle Espinosa kau Sea Almeera Dalton kan " jawab lelaki itu memamerkan senyumannya.

Michle Espinosa anak lelaki itu adalah keluarga kaya berdarah Amerika Indonesia. Ia lahir di Indonesia dan pada umur 7 tahun ia harus pindah ke Amerika  karena ayahnya yang baru saja di pindah kerjakan di Amerika ia baru kembali setahun yang lalu setelah sekian lama ia merindukan Indonesia akhirnya ia bisa kembali ke tempat kelahirannya ini.

Kali ini mereka mulai berbincang Sea yang banyak bicara dan bertanya segala hal tentang sekolah ini dan juga tentang keluarga Michle. Michle ia itu anak lelaki yang dingin tidak pernah peduli dengan sekitarnya tapi entah kenapa ia berubah seketika saat Sea masuk kedalam hidupnya. Ia mulai terbuka dan menceritakan kehidupannya pada Sea. Aneh bahkan Michle sendiripun merasakannya, ia tahu bahwa ada yang aneh dengan dirinya. Michle yang dingin kini sudah berubah menjadi hangat. Tapi hanya pada Sea.

Pagi ini Sea kembali bersemangat untuk sekolah mengingat akan Michle teman barunya yang sangat menyenangkan. Sea tidak berhenti bercerita tentang Michle kepada Emely walaupun setelah pulang sekolah kemarin Sea terkena marah Emely karena tidak berhati hati. Memang Sea belum memiliki banyak teman seperti yang lainnya tapi menurutnya itu sudah jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali. Hari ini ia duduk bersama dengan Michle berbincang akan banyak hal yang tak disangka mereka memiliki banyak kesamaan sama sama menyukai hujan. Bermain air di bawah hujan adalah hal kesukaan Sea karena banyak kejadian hangat yang terjadi saat hujan.

"Sea " panggil Michle.

"Malam sabtu nanti aku akan tampil kau harus menonton ku dan lihat seberapa kerennya aku bermain drum " ucap Michle di sertai senyuaman .

Sea tertawa melihat temannya yang dengan percaya dirinya menunjukan kalau ia keren.

Michle akan tampil di acara Promnight sekolah malam sabtu nanti. Ia akan tampil sebagai drumer dia atas panggung, menebarkan pesona seorang Michle Espinosa.

"Iya aku akan menonton mu dan jadi penggemar dengan teriakan paling kencang" ujar Sea di iringi tawa keduanya.

"Sea itu ada kaka kelas memanggil mu di luar" ujar Gracia salah satu teman sekelas Michle dan Sea.

"Aku?" Tanya Sea. Ia merasa belum ia masih belum mengenal banyak orang apalagi seorang kakak kelas bahkan berjalan di depan koridor kelas 12 saja ia belum pernah.

"Cepat hampiri dia, aku juga akan pergi untuk berlatih band" ujar Michle lalu meninggalkan Sea.

"Hati hati dengannya Sea aku khawatir akanmu " ujar Gracia.

"Aku akan berhati hati"

Sea berjalan keluar menghampiri kakak kelas yang sudah menunggunya sedari tadi. Tapi belum saja ia berhenti kakak kelas itu sudah meneriakinya.

"Hey bocah, kau siapa berani berani dekat dengan Michle? Kamu tidak tahu siapa aku hah ?" Tanya kakak kelas itu dengan emosi yang menggebu-gebu.

"Maaf kak tapi aku hanya berteman dengannya tidak ada maksud lain dan aku juga tidak tahu siapa kakak " ujar Sea ketakutan.

"Aku ini Jenny kekasih Michle " ujarnya dengan percaya diri.

Sea terperangap seketika setelah mendengar akan hal itu, ia masih tak percaya dari awal ia berbincang dengan Michle mengapa ia tak pernah bicara bahwa ia memiliki kekasih.

"Jangan berani berani kau dekati Michle jika tidak kau akan terus berurusan denganku " ujarnya lalu pergi meninggalkan Sea.

Sea merasa matanya memanas, air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia berlari menuju taman dan duduk dibangku taman seraya menutupi wajahnya yang sudah di penuhi air mata, ia benci hal ini. Hujan tiba tiba saja turun membasahi rerumputan hijau di hadapannya, huja turun di saat yang tidak tepat kini Sea sedang bersedih mengapa ia harus turun. Ia tak berlari seperti orang orang yang berhamburan saat turun hujan Sea menikmati setiap tetes air hujan sebagai nikmat terbaik yang tuhan berikan kepada Sea. Ia kini masih bersedih di bawah hujan deras yang mulai mulai menggenangi jalan. Ia masih tetap menyukai hujan hanya saja sekarang ia sedang bersedih.

"Aku mencari mu kemana mana tapi kau di sini" ujar Michle.

Sea terperanjat seketika melihat Michle. Michle menghampiri Sea dan duduk tepat di sebelahnya. Ia mengarahkankan kepala Sea agar ia bersandar di bahunya. Mereka duduk menikmati hujan di setiap tetesnya berbagi kehangatan karena bersama saling merangkul peduli akan satu sama lain.

"Maafkan aku yang terlambat menghampirimu Sea, maaf" ujar Michel.

"Tadi Gracia memberitahuku bahwa kau menangis karena Jenny" lanjut Michel.

"Jujurlah Mic dia kekasihmu kan, mengapa kau tidak bercerita kepadaku ?" Tanya Sea memastikan.

"Aku bukan pacarnya ia hanya terobsesi untuk jadi pacarku" jawab Michel.

"Jangan sedih lagi aku tak bisa melihatmu bersedih, mari bermain di bawah hujan berasamaku" ajak Michel.

Sea hanya membalasnya dengan anggukan di sertai senyum terbaiknya.

Hujan kali ini tidak sepenuhnya kesedihan, dinginnya air hujan berubah menjadi kehangatan. Semua berubah seketika saat ada Michle di sisinya, tak semua pertemanan itu bahagia kadangkala Sea harus merasakan sedihnya berteman dengan lelaki yang memiliki banyak penggemar seperti Michle. Perilaku dingin Michle yang dikenal orang banyak itu sirna dengan sendirinya ketika ia dihadapkan dengan seorang Sea Almeera Dalton satu satunya  wanita yang dapat menghangatkan dinginnya seorang Michle espinosa.

Sea percaya bahwa setiap hujan turun pasti ada kebahagian dia dalamnya. Dan terbukti sekarang ia sedang bermain di bahwah hujan dengan seorang Michel, lelaki dingin yang memiliki banyak penggemar. Malam Sabtu kini menjadi malam yang sangat Sea tunggu. Untuk pertama kalinya ia mengikuti acara sekolah sekarang ia tengah sibuk mencari baju untuk ia pakai di acara malam nanti.

"Mami aku bingung aku akan memakai baju apa di malam promnight nanti?" Tanya Sea bingung.

"Pakai saja baju yang baru mami belikan kemarin, dress selutut berwarna biru tua itu" jawab Emely.

Sea mengangguk tanda setuju.

Ia mulai beranjak menuju kamar mandi lalu bersiap merapikan diri. Ia menggunakan dress biru tua dengan panjang selutut dipadu padankan dengan sepatu berwarna putih dan tas putih, membiarkan rambutnya terurai dan membubuhkan make up tipis di wajahnya. Sekarang ia siap.

"Sea cepatlah Michle menunggumu" ujar Emely dari lantai bawah.

Emely memang sudah mengenal Michle karena ia sering ke rumah hanya untuk bermain atau pun mengerjakan tugas bersama Sea. Sea merapikan tatanannya sekali lagi lalu beranjak pergi menghampiri Emely dan Michle di lantai bawah.

"Ayo berangkat " ajak Sea lalu berpamitan.

Mereka berjalan beriringan menuju mobil hitam yang terparkir tepat di depan rumah Sea.  Seperti biasanya mereka berbincang akan banyak hal mereka tak pernah merasa bosan satu sama lain mereka saling menikmati kebersamaan tanpa sadar ada rasa yang tumbuh seceara perlahan.

"Sea.... hari ini kamu berbeda" ujar Michle.

"Iya aku mengurai rambutku hari ini" jawab Sea polos.

"Bukan Sea, kau cantik hari ini" ucap Michle.

Mata Sea membelalak mendengar perkataan Michle tadi. Jantungnya berdetak tak karuan, pipinya panas dan memunculkan warna merah merona seketika. Sea memalingkan wajahnya malu.

Sesampainya mereka harus berpisah karena Michle yang harus menghampiri teman seper band nannya sedangkan Sea harus pergi menghampiri anak kelas lainnya.

"Kau harus menontonku paling depan oke" ujar Michle seraya mengusap rambut Sea lalu pergi meninggalkan Sea.

Pipi Sea kembali merona ia merasa ada yang aneh dengan dirinya akhir akhir ini. Sea menghampiri teman sekelasnya, mereka berkumpul tepat di bawah tenda khusus guru.

Ia berbincang dengan teman sekelasnya, Sea mulai dekat semenjak kejadian ia dan Michle datang ke kelas dengan baju basah akibat bermain di bawah hujan. Teman teman sibuk memarahi mereka karena mengotori lantai kelas lalu membersihkan bersama sama dan mereka sekelas tertawa riang saat Edward ketua kelas itu terpeleset hingga jatuh tersungkur.

Kini Gracia menghampiri Sea yang tengah berbincang bincang dengan anak kelas. Menariknya lalu menjauhkannya dari teman teman sekelasnya.

"Kau ini kenapa Gracia?" Tanya Sea.

"Ini hal penting yang seharusanya aku tanyakan padamu sedari dulu, mengapa kau bisa sedekat itu dengan Michle kau tahu kan ia itu orang yang sangat dingin ia jarang sekali berbincang saat di kelas dan selalu menghindari kontak langsung dengan dengan wanita terkecuali teman sekelasnya tapi dia berbeda saat bersamamu Sea" jelas Gracia panjang lebar.

"Aku pun tak tahu, tapi aku bahagia jika ia berubah karenaku" ujar Sea.

"Apakah kau tidak curiga dengan Michle, entah mengapa aku merasa dia menyukaimu"

"Itu tidak mungkin, ia punya banyak penggemar wanita yang cantik seperti kak Jenny contohnya"

"Benar juga sepertinya dugaan ku salah yasudah ayo kita pergi ke depan panggung sebentar lagi Michle dan Bandnnya akan tampil" ujar Gracia.

Mereka berjalan beriringan melewati lautan manusia agar dapat sampai kedepan panggung. Michle tampil dengan gayanya yang tak pernah Sea sangka bahwa itu Michle ,ia tak pernah tahu bahwa Michle sejago itu dalam hal bermain drum. Michle hanya bercerita bahwa ia menyukai drum itu saja.

Sea dan Gracia bersorak meneriaki temannya yang tengah tampil di atas panggung. Ini layaknya konser banyak orang meneriaki nama Michle dan juga anggota Band lainnya, menyanyi bersama dengan para penggemar lainnya.

Setelah selesai Michle menghampiri Sea yang tengah duduk bersama dengan Gracia di bangku taman, ia tersenyum melihat wajah Sea ia melihat semunya saat Sea meneriaki namanya saat ia tampil bernyanyi di antara lautan manusia lainnya.

"Itu Michle sana pergi hampiri dia aku akan menghampiri teman kelas lainnya " ucap Gracia.

Sea mengangguk mengiyakan lalu menghampiri Michle yang tengah berjalan menghampirinya.

"Kau keren " ujar Sea.

"Kau sangat semangat meneriaki namaku " ujar Michle di sertai senyum

Tak lama hujan turun membasahi bumi ini membuat semua orang berhamburan mencari tempat berteduh tapi tidak dengan Michle dan Sea mereka masih berdiri dan saling menatap. Sea memberi isyarat dengan anggunkan dan mereka bermain di bawah hujan si malam hari ini ini benar benar hari yang sangat membahagiakan bagi Sea.

Satu tahun berlangsung mereka tetap berteman Sea sudah kenal dengan keluarga Espinosa mereka baik dan juga ramah. Tak jarang Sea bermain kerumah Michle untuk belajar bersama juga sebaliknya.

Hari ini hari Jum'at seperti biasa sekolah akan pulang cepat di hari ini, biasanya Sea akan pergi untuk nonton bersama dengan Michle tapi Emely memintanya untuk pulang cepat kerena akan ada makan siang antar keluarga besar.  Kali ini Sea pulang di jemput oleh John dan Emely. Sea tak banyak berpikir dan langsung memasuki mobil. Emely meminta Sea untuk bersiap siap tak lupa memakai dress selutut yang beberapa hari yang lalu ia buat spesial untuk hari ini.

Mereka sekeluarga berangkat menuju hotel berbintang lima akan ada acara makan siang tertutup kali ini. Aneh itu yang di rasakan Sea. Setelah sampai ternyata keluarga itu sudah sampai lebih dulu. Seperti biasanya kita semua berbincang sebelum memulai makan siang tersebut.

"Kita langsung ke intinya saja ya disini kami keluarga Dollan dan keluarga Dalton ingin menjodohkan anak dari keluarga Sea dengan Grey anak saya"

Sea terbelalak mendengar apa yang baru saja ibu Dollan katakan, ia ingin mengintrupsi tapi Emely melarangnya.

"Iya saya terima perjodohan ini" ucap Emely.

Sea tak percaya akan semua ini ia  masih sekola ia kini duduk di kelas 3 SMA, beberapa bulan lagi ia akan menghadapi ujian.

"Mami minta maaf, mami tau ini emang gak adil buat Sea tapi mami selalu ingin ngasih yang terbaik untuk Sea "

Sea ingin pergi tapi ia tak bisa ia tak ingin melawan orang tuanya ia tahu bahwa orang tuanya tak pernah meminta apapun kepadanya kini tinggal ia lah yang harus berbakti kepada orang tuanya, tapi Michle ia yang selalu membuat Sea tersenyum sepanjang hari tertawa bersama rasa yang terpendam selama ini rasa yang selama ini ia tutupi agar pertemanan mereka tidak hancur.

Mungkin memang Michle bukan jodohnya, Tuhan pasti akan memberikan orang terbaik sebagai pendamping hidup Sea dan itu mungkin bukan Michle. Tapi Sea selalu berharap bahwa itu adalah Michle.

"Kamu akan menikah dengan Gray setelah kamu lulus SMA semua mami yang mengurus kamu hanya tinggal menikah dan bersiap" ujar Emely.

Sea tak punya kekuatan apa apa ini permintaan pertama Emely padanya mana mungkin ia bisa menolaknya. Hari hari masib berjalan seperti biasanya Sea masih belum berani mengatakan tentang perjodohan ini kepada Michle.

"Sea mengapa kamu tidak pernah bercerita tentang lelaki yang kau suka kepadaku ?" Tanya Michle tiba-tiba.

"Kau pun sebaliknya tak pernah menceritakan tentang wanita yang kau suka "ujar Sea tak mau kalah.

"Itu rahasia suatu saat kau akan tau siapa orangnya " ujar Michle.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tak terasa kini ujian sekolah sudah di depan mata pertanda ia akan segera menikah beberapa minggu lagi ia masih belum siap mengungkapkannya pada Michle pada lelaki yang ia sukai selama ini.

Ujian telah selesai kini hanya ada waktu 2 minggu untuk persiapan pernikahan. Sea benar benar tak habis pikir ia akan menjadi seorang istri dua minggu lagi. Ia teringat akan janjinya dulu bahwa apapun yang terjadi ia akan mengungkapkan semua apa yang ia rasakan pada Michle.

Michle, nanti sore di taman bunga ada yang ingin ku bicarakan.

Sea mengirim pesan kepada Michle apapun yang terjadi ia harus tetap berkata sejujurnya tentang pernikahan ini. Sea melihat jam kini jam sudah menunjukan pukul empat sore tapi masih belum juga ada tanda tanda Michle akan muncul. Sea membawa sebuah  buku Diary yang selama ini dia tulis yang akan ia berikan kepada Michle, buku itu berisi kenangan selama Sea mengenal Michle dari awal pertemuan mereka. Hujan pun turun tak di duga tapi Sea masih menunggu karena ini kesempatan terakhirmya untuk bicara dengan Michle karena setelah ini ia akan disibukkan oleh persiapan pernikahan.

"Seaaa" teriak lelaki dari kejauhan.

"Hai " sea menghampiri Michle.

"Maaf aku terlambat "

"Tak apa ini bukan sepenuhnya salah mu, Mic dengarkan semua perkataan ku jangan selah aku disaat aku berbicara oke" pinta Sea dibalas anggukan oleh Michle.

Dibawah hujan yang deras ini Sea Almeera Dalton akan menyampaikan semua isi hatinya dan juga tentang pernikahannya ini benar benar terjadi disaat hujan turun kali ini kesedihan bagi Sea ia harus meninggalkan teman sekaligus orang yang selama ini dia sukai.

"Michle aku menyukaimu sejak kita bertemu ,maaf aku baru memberitahumu, tapi ini memang kesempatan terkahirku untuk menyampaikannya padamu, dengar Michle ini bukan keinginanku tapi ini kehendak Tuhan penciptamu, aku akan menikah dua minggu lagi, maaf aku tak pernah bercerita tentang ini karena aku masih belum siap untuk menyampaikan perasaanku padamu, benar kata orang bahwa di setiap pertemanan antara lelaki dan perempuan pasti salah satunya memiliki rasa yang lebih terhadap yang lain dan disini aku yang memilikinya kepadamu, aku minta maaf karena aku tidak pernah bercerita dan ini buku diary yang selalu kutulis setiap hari berisi kenangan tentang kau dan aku" ujar Sea seraya memberikan buku diary yang sudah basah terkena air hujan.

Michle terbelalak mendengar semuanya iya tak mampu berkata.

"Aku tahu kau kaget tapi tak apa itu semua yang ingin ku sampaikan sejak lama terimakasih telah menjadi temanku aku mencintaimu Michle" ujar Sea disertai senyuman.

Sea berjalan menjauh, kali ia menangis di tengah hujan dengan kesedihan yang benar benar adanya ia tak akan lagi bisa bersama dengan orang yang ia sukai. Setelah kejadian itu Sea tidak tahu kabar Michle ia tak pernah lagi berhubungan dengannya.

Terakhir kali Emely memberi tahu bahwa Michle akan bertunangan dengan Jenny kakak kelas yang pernah melabraknya dulu. Sea memberanikan diri mengirim Michle pesan untuk mengundangnya di acara pernikahannya yang tinggal 4 hari ini.

Hari pernikahan pun tiba dimana Sea Almeera Dalton akan di pinang oleh seorang Grey Dollan. Sea merapikan sekali lagi riasannya melihat ke arah jendela luar dan berharap bahwa Michle akan datang di acara pernikahannya tapi apa boleh buat Emely berkata bahwa hari ini bertepatan dengan hari dimana Michle bertunangan dengan Jenny. Sea berjalan menghampiri ayahnya yang sudah bersiap.

"Hari ini anak Daddy cantik." seraya tersenyum kepada anak kesayangannya.

Sea dan John berjalan beriringan menuju altar disana sudah ada Grey yang terlihat tampan dengan setelan tuxedonya. Setelah sampai dia depan altar Daddy menyatukan tangan Grey dan Sea. Grey menggenggam tangan Sea seraya tersenyum.

"Mohon maaf untuk para tamu yang telah hadir kepada sodara Michle silahkan menghampiri sumber suara" ujar Grey.

Sea terbelalak seketika mendengar ucapan Grey , apa maksud dari semua itu bagai mana ia tahu tentang Michle. Benar saja tak lama Michle datang menghampiri Sea dan Grey. Michle melarikan diri dari pertunangannya dan berbicara kepada ibunya bahwa ia mencintai Sea lalu ia meninggalkan pertunangan dan pergi ke pernikahan Sea.

"Sea aku tahu bahwa kau dan Michle saling mencintai dan aku tidak bisa memisahkan kalian berdua begitu saja maka dari itu aku akan membatalkan pernikahan ini dan menikahlah kau dengan Michle di tempat yang suci ini" ujar Grey.

            Betapa terkagetnya Sea mendengar semua itu. Kisah cinta memang tak selamanya manis semanis gula terkadang pahit, tapi kita tahu bahwa rencana Tuhan itu ada seperti Sea dan Michle keduanya memang di takdirkan untuk bersama hingga ajal menjemput. 


TAMAT

Terima kasih telah membaca ðŸ˜Š

Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!

Instagram    : @teater_tjp

Twitter        : @TeaterTJP

Youtube      : Tjerobong Paberik

Senin, 19 Juli 2021

Cerpen "Menepi" - Karya Fariza

 Menepi

Cerpen Karya : Fariza Muvidatul Walidy



Kring...kring... kring... suara bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa bergegas masuk ke kelas masing-masing. Sebelumnya, kenalin dulu namaku Ariza Muvida biasa dipanggil Iza. Sekarang aku kelas 12 di SMA Negeri 1 Harapan Hati. kali ini, aku bakal ceritain kisah cinta aku. Aku punya empat sahabat yang selalu ada disampingku.

Putri adalah sahabatku yang pertama. Ia memiliki badan kecil, lucu, dan penyayang. Yang kedua ada Arya, ia salah satu pelawak di kelas. Selanjutnya ada Shania, ia adalah pemegang rangking 1 berturut-turut di kelas. Yang terakhir adalah wahyu, Ia adalah salah satu cowok famous di sekolah.

Hari ini adalah hari yang menegangkan. Karena di kelas jam pertama ada pelajaran matematika peminatan. Matematika peminatan diajar oleh pak hudi. Pak Hadi adalah salah satu guru yang terkenal dengan kedisipilinannya. Setiap  siswa maju ke depan untuk menyelesaikan soal yang diberikan pak Hadi.

“Arya, ayo maju ke depan. Selesaikan soal nomor 4!” panggil pak Hadi

“Iya siap pak” jawab Arya sambil kebingungan.

“Wahyu, Iza maju ke depan juga. Wahyu kerjakan no 19, Iza kerjakan soal nomor 13!” panggil pak Hadi.

Iya pak” jawabku dan wahyu dengan gugup.

Kami bertiga kebingungan dengan soal yang diberikan. Kami bertiga tertawa tipis-tipis sambil berpura-pura menghitung karena tidak bisa mengerjakannya.

Gimana ini, kalian gak bisa menyelesaikan? Waduh waduh” tanya pak Hadi.

Kami bertiga hanya menunduk mendengar pertanyaan dari pak hadi. Pak Hadi lalu memanggil Shania untuk menyelesaikan soal di depan.

“Nah, sudah benar Shania. Kalian bertiga lihat jawaban Shania, pahami. Lain kali belajar lebih giat lagi.” Nasehat pak Hadi.

Iya paak” jawab kami bertiga dengan kompak.

Setelah itu, kami bertiga kembali ke tempat duduk masing- masing. Kring... kring.. bel istirahat telah berbunyi. Lalu, kami bergegas pergi ke masjid untuk shalat dhuha. Sambil berjalan, kita menertawakan kejadian tadi.

Kemudian, kita berencana untuk pergi ke kantin bersama.

“Ayo kita makan di kantin” tanyaku pada yang lain.

“Ayoklah...” jawab Putri,Shania dan Arya.

“Eh maaf aku mau ke ruang OSIS dulu. Ada rapat nih” jawab Wahyu

Wahyu adalah ketua OSIS di sekolah, jadi dia sangat sibuk dengan organisasinya itu. Lalu,kami berempat perg makan ke kantin.

            Beberapa jam kemudian, tiba saatnya pulang sekolah. Aku pulang bersama Putri dan Shania. Kami pulang naik angkutan umum. Di dalam angkutan umum, kami mengobrolkan banyak hal yang tidak penting. Tidak terasa sudah sampai di tempat pemberhentianku. Aku melambaikan tangan utuk berpamitan dengan mereka.

            Beberapa minggu kemudian, kami berlima makan di kantin. Kami mengobrol dan tertawa bersama. Tidak lama kemudian, Shania, Putri dan Arya kembali ke kelas untuk menyelesaikan tugasnya. Sekarang hanya ada aku dan Wahyu. Kami mengobrol banyak dan sedikit curhat juga.

            Di sekolah, wahyu adalah cowok yang memiliki kharisma dan wibawa. Ia juga banyak disukai cewek disekolah. Dengan berbagai kesibukannya, dia sangat baik dan peduli denganku. Selama ini, aku biasa-biasa saja dengan sikap sayang dan peduli dari Wahyu padaku. Tapi, entah kenapa mulai hari itu aku merasakan hal yang berbeda untuknya. Aku banyak menceritakan keluh kesah ku pada  wahyu dan juga sebaliknya. Oleh karena itu, kami bisa dibilang sudah mengerti satu sama lain.Sejak hari itu, aku mulai merasa bahwa aku memiliki rasa untuk Wahyu. Rasa itu bukan rasa sayang untuk sahabat, tetapi sebuah rasa untuk cowok yang selalu perhatian dan peduli padaku. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamanya.

            Hari ini adalah tanggal 7 November, hari ulang tahun Wahyu. Aku, shania, putri, arya dan teman kelas lainnya mengadakan sebuah prank untuk Wahyu. Pada saat jam pelajaran fisika, Wahyu akan dipanggil ke depan untuk dimarahi oleh guru matematika yaitu bu Nia. Beberapa jam kemudian, bu Nia  memanggil wahyu maju ke depan. Wahyu dimarahi dan dinasehati oleh bu Nia dengan menyangkut pautkan organisasinya. Wahyu sangat cinta dan bangga dengan organisasinya. Ketika ia mendengar hal tentang organisasinya, ia akan merasa sedih dan kecewa. Dan saat itu juga ia meneteskan air mata dan membuat bu Nia tidak tega melihatnya. Aku sebenarnya juga sudah tahu bahwa pasti Wahyu akan sedih. Aku  tidak tega melihat wahyu seperti itu tapi ya memang itu untuk keseruan di hari ulang tahunnya. Lalu, kami berhenti berakting di depan Wahyu dan menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Wahyu sangat kaget dan terharu dengan kejadian itu. Nah, rangkaian acaranya belum berhenti sampai situ lo. Selanjutnya kita sekelas memberikan tepung pada wahyu dan membuat baju Wahyu kotor dan penuh tepung.

“Waduh, ni kotor semua baju aku. Wkwkw” teriak Wahyu.

Gakpapa lah... selamat ulang tahun ya Wahyu” jawab teman-teman saling bersahutan.

Makasih banyak kalian” ucap Wahyu.

Setelah rangkaian acara selesai, aku membantu membersihkan sisa tepung di baju Wahyu.

“Sini aku bantuin bersihin” ucapku.

            “Boleh-boleh. Kamu juga ikut ngerencanain ini za? Wah bener- bener ya kamu” ucap Wahyu padaku

            “Iya dong. Maaf banget ya. Sebenarnya aku gak tega kok lihatkamu begitu tapi ambil serunya aja ya.. dasar cowok cengeng...wkwkkk” jawabku.

Enak aja bilang aku cengeng. Kamu yang lebih cengeng wkwkwkwk” celoteh Wahyu padaku.

Wahyu memang sering mengejekku anak cengeng karena aku sering menangis di dekatnya. Namun, mendengar ejekannya, aku merasa senang dan aku merasa tenang jika menangis di dekat Wahyu.

            Beberapa minggu kemudian, pada pelajaran seni budaya diadakan pentas gelar seni. Aku dan Wahyu terpilih untuk menjadi pembawa acara dalam kegiatan tersebut. Aku merasa sangat bahagia bisa membawa acara dengan Wahyu. Wahyu banyak mengajariku cara menjadi pembawa acara yang baik. Dia juga memberi semangat padaku untuk percaya diri dalam kegiatan tersebut. Di dalam kegiatan tersebut, kami juga menampilkan drama yang mencritakan sebuah kerajaan. Di dalam drama tersebut aku menjadi ratu, dan Wahyu menjadi raja. Dengan itu, aku merasa senang bisa latihan bersamanya.

            Tiba di hari H kegiatan pentas seni, kami bersiap untuk memberikan penampilan yang baik. Aku lebih tenang dan semangat karena ada Wahyu disampingku. Setelah kegiatan selesai, guru seni budaya menghampiri kami. Beliau memberi pujian untuk chemistry kami saat bermain drama dan juga saat membawakan acara.

            “Makasih ya, yu, udah ngajarin aku bawain acara” ucapku pada Wahyu.

            “Sama-sama za. Udah sip kok kamu mantap” jawab Wahyu.

Seiring berjalannya waktu, rasaku mulai terus tidak karuan. Dari awal memang kita berlima sering menghabiskan waktu bersama. Jadi hal itu membuatku merasa lebih dekat dengan Wahyu. Aku memang menyembunyikan rasaku itu dari empat sahabatku yang lain. Aku tidak ingin mereka tahu tentang rasaku pada Wahyu. Aku tidak ingin mereka menertawakan rasaku ini.

Di kelas, setiap hari kamis diadakan undian untuk giliran tempat duduk. Jadi setiap siswa akan duduk dengan siswa lain selama 2 minggu. Sebelumnya, aku sudah duduk dengan teman cowok yang lain. Aku belum pernah dapat undian duduk dengan Wahyu. Dan tiba-tiba ketika diumumkan di depan, aku dapat undian duduk bersama wahyu. Mendengar itu, jantungku berdegup kencang dan aku mencoba menutupi rasa kaget dan bahagiaku itu dari teman-teman yang lain.

Hoy, Za yok duduk yok wkkwkwk” teriak Wahyu sambil tertawa.

Okeee Yu, yok” jawabku sambil tertawa juga.

            Keesokan harinya, aku duduk disamping Wahyu. Biasanya aku juga sering duduk bersamanya tetapi undian ini membuat ku merasa canggung padanya. Ia selalu membuka pembicaraan terlebih dahulu. Aku merasa tenang karena ia tidak mengetahui apa yang ku rasakan padanya. Beberapa hari berlalu, kami mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Kami mengerjakan tugas bersama juga. Aku juga sempat sakit, dia baik sekali padaku. Ia memberiku jaketnya dan membelikan minum dari kantin untukku.

            “Kok kamu pucet, kamu sakit Za? Ga biasanya kamu gini.” Tanya Wahyu.

            “Gatau Yu, kepalaku pusing sama badanku rasanya lemes” ucapku.

            “Iya ini,, kamu sakit. Baru kali ini aku lihat kamu tumbang, Za” tegas Wahyu.

            “Iya Yu.. aku ini juga manusia Wahyu” jawabku padanya sambil senyum tipis.

            “Yaudah pakek jaketku dulu, bentar aku mau beli minum di kantin” kata Wahyu.

            “Makasih yak” ucapku.

Aku juga baru kali itu bisa sakit di sekolah. Biasanya kalau aku sakit masih bisa aku tahan. Dari sikap pedulinya itu yang membuat aku jatuh cinta padanya.

            Beberapa hari kemudian, aku mulai merasa tidak tenang dengan perasaanku. Putri, Shania dan Arya terlihat mulai curiga denganku. Mereka merasakan perbedaan sikapku pada Wahyu. Hari itu tidak ada pelajaran, lalu Shania dan Putri mengajakku pergi ke taman untuk mengobrol. Aku bergegas pergi bersama mereka. Di tengah obrolan, tiba-tiba Putri langsung bertanya padaku.

            “Za, kamu mulai ada rasa yang beda ya buat Wahyu?” tanya Putri.

            “Iya za, kamu suka ya sama Wahyu?” tambah Shania.

            “Ha? Maksudnya.. kalian ini ada-ada aja.wkkwkwk” jawabku sambil tertawa gugup.

            “Masak sih nggak? Kamu kelihatan beda sikapanya ke Wahyu sekarang.”  tanya Putri penasaran.

            “Iya kamu canggung gimana gitu sama si Wahyu sekarang” tambah Shania lagi.

            “Ihh nggak kok.. sama aja. Gak mungkin lah aku suka sama Wahyu” jawabku meyakinkan mereka.

Aku berusaha tetap menutupi rasaku dan jangan sampai bisa mereka mengetahuinya. Di hari- hari berikutnya mereka sering mengejekku di depan teman kelas lainnya. Melihat kelakuan mereka berdua, aku dan Wahyu hanya tertawa terbahak-bahak dan saling menyangkal hal tersebut.

Beberapa bulan kemudian, ada beberapa kabar bahwa Wahyu sedang dekat dengan adik kelas. Mendengar itu, aku tidak menggubrisnya karena aku belum mendengar itu dari Wahyu sendiri. Memang Wahyu banyak disukai oleh cewek-cewek di sekolah karena kharismanya yang baik. Beberapa hari lalu, Wahyu sempat bercerita bahwa ia sedang chatting-an dengan adik kelas bernama Indah. Aku berfikir bahwa mereka hanya sebatas kakak kelas dan anggota di organisasinya. Di kelas, Wahyu juga masih menyangkal kabar itu.

Mendengar kabar tersebut, kami berlima langsung berkumpul untuk menginterogasi Wahyu.

Emang bener yu kamu suka sama Indah?” tanya Arya.

Iya bener gak yu, cerita dooong..” Shania penasaran.

Nggak kok. Aku baru chatting-an aja sama dia.” jawabnya sambil tersenyum.

Yaaa kan berawal dari chat an, trus lama-lamaaa eaaaaaaa” tambah Putri.

Indah itu gimana sih anaknya Au menurut kamu?” tanyaku pada Wahyu.

Dia baik kok. Cantik juga sihh wkkkwkk” jawabnya.

Aku memang sengaja menanyakan itu pada Wahyu. Aku ingin lihat pendapatnya tentang Indah. Mendengar jawabannya, hatiku sedikit merasa terluka. Tapi aku masih belum yakin kalau Wahyu benar-benar tertarik pada Indah.

            Hampir setiap hari, teman sekelas selalu mengejek Wahyu tentang Indah. Aku juga mengejeknya sama dengan yang lain walaupun hatiku menahan rasa sakit. Tiba-tiba di depan pintu datanglah Indah.

            “Assalamualaikum, kak Wahyunya ada nggak?” salam Indah.

            “Waalaikumsalam, ada dek bentar aku panggilkan” jawabku.

            “Tuh yuuu dicari sama dedek gemesmu...” teriak Arya.

            “Ea eaaaa dijemput nih ya. Ini dek ambil Wahyunya” teriak teman sekelas saling bersahutan.

            “Huss... apaan sih kalian” kata Wahyu pada yang lain.

Wahyu malu dengan ejekan yang lain sambil tersenyum tipis-tipis. Indah juga merasa canggung mendengar ejekan itu. Lalu, mereka pergi ke ruang OSIS untuk rapat.

            “Aku ke ruang OSIS dulu Za, nanti bilangin ya kalo dicari sama guru” pamit Wahyu.

            “Siap mas Wahyu” jawabku sambil mengacungkan jempol padanya.

Aku masih bisa menunjukkan keceriaanku di depan semuanya namun aku tidak bisa memungkiri bahwa sebenarnya aku ingin menangis. Aku juga tidak bisa menceritakan semuanya ke sahabatku yang lain. Jadi aku menyimpan rasa sakit ini sendiri.

            Beberapa bulan terlewati, kami berlima menghabiskan waktu seperti biasanya. Kami pergi makan bareng, jalan-jalan bareng dan ketawa-ketiwi gak jelas. Aku bisa lebih tenang karena mereka selalu membuatku bahagia.

            Hari ini, kelasku ada jam kosong karena Bu Nia izin sakit. Bu  Nia hanya memberikan tugas untuk dikerjakan. Seperti biasa, kita mengerjakan tugas bersama-sama. Arya, Shania dan Putri sudah menyelesaikan tugasnya. Mereka pergi keluar kelas untuk makan. Hanya ada aku dan Wahyu duduk bersampingan diantara teman kelas lain yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing.

            “Alhamdulillah, akhirnya selesai.” kataku dengan lega.

            “Cepet banget. Bentar lagi finish nih” saut Wahyu.

            “Dasar lemot wwkwkwk” ejekku.

            “Wkkwkw.. o iya jangan pergi dulu. Aku pingin cerita penting.” kata Wahyu padaku.

            “Oke oke” jawabku.

Aku penasaran apa yang akan dibicarakan Wahyu padaku. Aku mulai merasa tidak tenang karena apa yang akan disampaikan Wahyu tidak sesuai dengan ekspektasiku atau hanya akan menyakitiku.

            “Aku mau cerita, tapi jangan bilang-bilang dulu ya sama Arya, Putri sama Shania. Please” pinta Wahyu padaku.

            “Iya mau cerita apa aku dengerin. Siap  jaga rahasia kok” jawabku.

            “Aku mau cerita tentang Indah” kata Wahyu.

Aku terkejut mendengar perkataan Wahyu. Aku mulai bersiap  untuk menata hatiku agar bisa menjaga sikap di depan Wahyu.

            “Akhir-akhir ini aku sering chatting-an ama Indah. Kayaknya aku mulai nyaman sama dia. Baru kali ini aku temuin cuek yang cueknya minta ampun. Dia itu beda dari cewek yang biasanya. Dia itu punya hal yang buat aku tertarik padanya. Pokoknya dia itu baik, sopan, peduli disamping sikap cueknya.” penjelasan Wahyu.

Apa yang Wahyu katakan adalah hal yang membuat hatiku terluka. Aku berusaha untuk tenang dan mendengarkan cerita Wahyu.

            “Ha? Wahh.. beneran?” jawabku.

            “Iya Za, aku juga gak tau gimana bisa suka dan nyaman sama dia. Pokoknya dimataku dia itu beda dari cewek yang lain” tambah Wahyu.

            “Asiyaapp... wkwkwk.. baru kali ini kamu curhat cewek lo Yu. Terus gimana udah jadian dong berarti?.. siap PJ makan di kantin nih” ejekku.

            “Hhmm.. aku sebenernya gak mau pacaran dulu sih Za. Dia juga bilang kalo gak mau pacaran. Nah kita jadinya ga pacaran tapi kita saling buat komitmen aja” jawab Wahyu.

            “Oalaahh... aku sih seneng aja kalo dia baik anaknya. Kamu juga udah nyaman sama Indah. Selamat yakk..” sahutku.

            “Alhamdulillah, aku seneng dengernya wkwk” tambah Wahyu dengan lega.

            “Kalo udah buat komitmen, harus dijaga bareng ya. Jangan sampe ada apa-apa di tengah jalan. Aku ga nyangka sih kamu bisa gitu. Secara ketua OSIS yang begitu cool bisa klepek-klepek sama dedek dedek gemes.. wkkkwkkk” nasehatku untuk Wahyu.

            “Siapp.. semoga aku bisa jaga komitmen itu. O iya lupa ada rapat lagi. Aku pergi kesana dulu ya, Za. Jangan lupa rahasiain dulu ya dari Arya, Shania dan Putri” tegas Wahyu.

            “Siap mas Wahyu” sahutku.

            Setelah mendengar penjelasan wahyu, hatiku rasanya sakit banget. Rasanya ingin ku menangis dengan sekencang-kencangnya. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Aku hanya bisa diam dan merenungkan perkataan Wahyu yang selalu terngiang di pikiranku.

            Dirumah, aku terus memikirkan kejadian tadi pagi itu. Tiba-tiba hujan deras turun seakan mengerti apa yang hatiku rasakan. Dengan suasana yang dingin dan hening hanya terdengar suara hujan, aku menangis dengan menutupi wajahku dengan bantal. Aku tidak ingin orangtuaku mengetahui keadaan hatiku. Karena terlalu lama menangis dan tak terasa aku ketiduran.

            Keesokan harinya, aku bangun dan terkejut melihat mata sembabku. Orang tuaku terlihat khawatir dan menanyakan kenapa mataku sembab. Namun ku jawab karena aku menonton film kemarin malam. Alasan itu saja yang terpikirkan olehku.

            Di sekolah, aku juga mersa malu karena mataku terlihat begitu jelek karena efek sembab.

            “Za, mata kamu kenapa? Habis di tonjok orang ya wkwk” ejek Arya.

            “Kepooo” jawabku.

Wahyu, Putri dan Shania bergega menghampiriku karena khawatir setelah melihat keadaan mataku.

            “Kamu kenapa Za, habis nangis?” tanya Putri.

            “Kamu habis ngapain kok gitu matanya?” tanya Shania.

            “Za, kamu kenapa? Kamu habis nangis? Cerita dong kenapa” tanya Wahyu.

            “Eh gak papa. aku tadi malem habis nonton drakor Descendant Of The Sun kwkwkkk” jawabku pada mereka.

Sebenarnya ingin aku menjawab  aku menangis karena hatiku terluka. Hatiku sangat sakit mendengar perkatan Wahyu kemarin. Aku butuh kalian. Tapi aku hanya bisa menahannya saja.

            Beberapa hari terlewati, aku banyak berpikir langakah apa yang harus ambil setelah kejadian itu. Aku melihat Wahyu terlihat bahagia jika menceritakan tentang hubungannya. Dan hari itu juga aku memutuskan untuk berhenti memiliki rasa yang lebih dari sahabat unuk Wahyu. Hal itu memang sulit untuk kulakukan, namun apalagi ayang harus kulakukan. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Kalau aku terus menyimpan rasa itu pada wahyu, itu hanya akan membuat hatiku terluka dan itu sia-sia saja. Aku harus melupakan itu dan mengisi hari-hariku untuk kegiatan yang lain. Beberapa bulan ke depan, ada ujian untuk masuk ke PTN. Aku isi saja dengan hal- hal lainnya agar aku bis melupakan rasa itu.

            Beberapa bulan lagi, kita semua akan pisah. Kita akan memilih masa depan kita masing-masing. Seperti halnya, kita berlima juga. Kita berlima yang biasannya disebut dengan geng bobrok juga memilih tujuan masa depan yang berbeda. Shania ingin ke PTN di Surabaya, Putri ingin PTN di Malang, Arya ingin melanjutkan KE PTN di jogjakarta, Wahyu akan mendaftar ke TNI AD dan aku akan melanjutkan ke PTN di Bandung. Kita fokus pada tujuan masing-masing dan berharap bisa masuk ke pilihan kita.

            Hari itu telah tiba, hari kegiatan pelepasan siswa kelas 12 SMAN 1 Harapan Hati. Kami berlima merasa bahagia dan sedih juga di hari itu. Setelah hari itu kita tidak akan sering bertemu. Kita terpisahkan oleh jarak dan waktu. Namun, dibalik kesedihan itu ada kebahagiaan tersendiri. Kita berlima berhasil diterima di tujuan yang kita inginkan. Kami merasa bangga bisa dipanggil nama sekaligus nama PTN yang kita tuju. Aku angat bangga dengan diriku dan juga sangat berterimakasih pada orangtuaku yang selalu mendoakanku. Aku juga bahagia bisa diantara orang-orang yang selalu ada, mendukung, dan menjagaku. Di hari itu berasa perjuanganku setelah 3 tahun tercapai. Aku sangat bahagia.

Di hari itu juga, Indah memberikan bucket bunga untuk Wahyu. Sekarang aku mulai tenang dan bahagia melihat itu. Aku yakin telah membuat keputusan yang tepat tentang rasaku untuk Wahyu. Dulu, selama melihat hubungan Wahyu dan Indah, membuatku tersadar untuk menepikan rasaku untuknya. Karena jika aku tidak menepikan rasaku maka sekarang aku tidak akan merasakan kebahagiaan seperti sekarang.

Nah, itu dia cerita singkat kisah cintaku. Mencintai dalam sepi hanya akan membuat hatimu selalu sabar dan menahan. Jika kalian tidak mengungkapkan perasaan kalian, kalian akan menyesal ketika seseorang yang kalian cintai mencintai orang lain. Kesempatan hanya akan datang satu kali. Tidak ada waktu kembali untuk mengulang lagi. Tak ada waktu untuk mengenang sesorang yang kalian cintai. Jadi, utarakan perasaan kalian pada sesorang yang kalian cintai. Diterima atau ditolak itu memang sudah menjadi pilihannya. Namun akan terasa lega jika kalian telah mengutarakan rasa cinta dan tidak perlu menahannya dalam diam. Ceritanya udah kayak di lagu melloww ya. Judul lagunya menepi. Menurutku lagu itu cocok sama cerita singkat kisah cintaku.

 

TAMAT


Terima kasih telah membaca ðŸ˜Š

Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!

Instagram    : @teater_tjp

Twitter        : @TeaterTJP

Youtube      : Tjerobong Paberik