Sabtu, 26 Januari 2019

NASKAH FESTIVAL PUISI TINGKAT SMA SE KOTA BANDUNG 20-23 MARET 2019


SAJAK IBU
Karya: Wiji Thukul


ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap

ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara

ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun

kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada tuhan

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Karya: WS Rendra

Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kaki coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan dia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.

Kita bertanya:
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik dapat berlaga.
Orang berkata “Kami ada maksud baik”
Dan kita bertanya: “Maksud baik buat siapa?”

Ya! ada nan jaya, ada nan terhina
Ada nan bersenjata, ada nan terluka
Ada nan duduk, ada nan diduduki
Ada nan berlimpah, ada nan terkuras.
Dan kita di loka ini bertanya:
“Maksud baik saudara buat siapa?”
Saudara berdiri di pihak nan mana?”

Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani nan kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan nan luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan nan diimpor
tidak cocok buat petani nan sempit tanahnya.

Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara buat siapa?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara nan panas kita juga bertanya:
Kita ini dididik buat memihak nan mana?
Ilmu-ilmu nan diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tak akan mereda.
Akan hayati di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.

Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samudra.
Di bawah matahari ini kita bertanya:
Ada nan menangis, ada nan mendera.
Ada nan habis, ada nan mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak nan mana!

NASKAH FESTIVAL MEMBACA PUISI TINGKAT SMP SE KOTA BANDUNG 20 - 23 MARET 2019


Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Kehilangan ladang di kampung mereka
Anak-anak Indonesia merangkak
Di lorong-lorong gelap kota
Menggelepar dalam gubuk-gubuk tanpa jendela
Anak-anak Indonesia, akan digiring ke manakah mereka

Bagai berjuta bebek mereka bersuara
Menyanyi lagu tanpa syair dan nada
Sebelum matahari terbit, anak-anak Indonesia
Berderet di tepi-tepi jalan raya, menggapai-gapaikan
Tangan mereka ke gedung-gedung berkaca
Yang selalu tertutup pintu-pintunya
Dari pagi hingga sore mereka antre lowongan kerja
Tapi lantas dibuang ke daerah transmigrasi

Terusir dari tanah kelahiran (demi bendungan
dan lapangan golf, katanya) anak-anak Indonesia
tercecer di pasar-pasar kota, di kaki-kaki hotel,
dan biro-biro ekspor tenaga kerja
Anak-anak Indoesia, akan dibawa ke manakah
Ketika bangku-bangku sekolah bukan lagi dewa
yang bisa menolong nasib mereka?

SURAT DARI IBU
Karya: Asrul Sani

Pergi ke dunia anak-anaku sayang
pergi ke hidup bebas!
Sesama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"

BEGITU ENGKAU BERSUJUD
Oleh : Emha Ainun Najib

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat

Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan

Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci

Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid