Menepi
Kring...kring...
kring... suara bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa bergegas masuk ke kelas
masing-masing. Sebelumnya, kenalin dulu namaku Ariza Muvida biasa dipanggil
Iza. Sekarang aku kelas 12 di SMA Negeri 1 Harapan Hati. kali ini, aku bakal
ceritain kisah cinta aku. Aku punya empat sahabat yang selalu ada disampingku.
Putri adalah
sahabatku yang pertama. Ia memiliki badan kecil, lucu, dan penyayang. Yang
kedua ada Arya, ia salah satu pelawak di kelas. Selanjutnya ada Shania,
ia adalah pemegang rangking 1 berturut-turut di kelas. Yang terakhir adalah
wahyu, Ia adalah salah satu cowok famous di sekolah.
Hari ini adalah
hari yang menegangkan. Karena di kelas jam pertama ada pelajaran matematika
peminatan. Matematika peminatan diajar oleh pak hudi. Pak Hadi
adalah salah satu guru yang terkenal dengan kedisipilinannya. Setiap siswa maju ke depan untuk menyelesaikan soal
yang diberikan pak Hadi.
“Arya, ayo maju
ke depan. Selesaikan soal nomor 4!” panggil pak Hadi
“Iya siap pak”
jawab Arya sambil kebingungan.
“Wahyu, Iza
maju ke depan juga. Wahyu kerjakan no 19, Iza kerjakan soal nomor 13!” panggil
pak Hadi.
“Iya
pak” jawabku dan wahyu dengan gugup.
Kami bertiga kebingungan dengan soal
yang diberikan. Kami bertiga tertawa tipis-tipis sambil berpura-pura menghitung
karena tidak bisa mengerjakannya.
“Gimana
ini, kalian gak bisa menyelesaikan? Waduh waduh” tanya pak Hadi.
Kami bertiga hanya menunduk
mendengar pertanyaan dari pak hadi. Pak Hadi lalu
memanggil Shania untuk menyelesaikan soal di depan.
“Nah, sudah
benar Shania. Kalian bertiga lihat jawaban Shania, pahami.
Lain kali belajar lebih giat lagi.” Nasehat pak Hadi.
“Iya
paak” jawab kami bertiga dengan kompak.
Setelah itu, kami bertiga kembali ke
tempat duduk masing- masing. Kring... kring.. bel istirahat telah berbunyi.
Lalu, kami bergegas pergi ke masjid untuk shalat dhuha. Sambil berjalan, kita
menertawakan kejadian tadi.
Kemudian, kita berencana untuk pergi
ke kantin bersama.
“Ayo kita makan
di kantin” tanyaku pada yang lain.
“Ayoklah...”
jawab Putri,Shania dan Arya.
“Eh maaf aku
mau ke ruang OSIS dulu. Ada rapat nih” jawab Wahyu
Wahyu adalah ketua OSIS di sekolah,
jadi dia sangat sibuk dengan organisasinya itu. Lalu,kami berempat perg makan
ke kantin.
Beberapa
jam kemudian, tiba saatnya pulang sekolah. Aku pulang bersama Putri dan Shania.
Kami pulang naik angkutan umum. Di dalam angkutan umum, kami mengobrolkan
banyak hal yang tidak penting. Tidak terasa sudah sampai di tempat
pemberhentianku. Aku melambaikan tangan utuk berpamitan dengan mereka.
Beberapa
minggu kemudian, kami berlima makan di kantin. Kami mengobrol dan tertawa
bersama. Tidak lama kemudian, Shania, Putri dan Arya kembali ke kelas untuk
menyelesaikan tugasnya. Sekarang hanya ada aku dan Wahyu. Kami mengobrol banyak
dan sedikit curhat juga.
Di
sekolah, wahyu adalah cowok yang memiliki kharisma dan wibawa. Ia juga banyak
disukai cewek disekolah. Dengan berbagai kesibukannya, dia sangat baik dan
peduli denganku. Selama ini, aku biasa-biasa saja dengan sikap sayang dan
peduli dari Wahyu padaku. Tapi, entah kenapa mulai hari itu aku merasakan hal
yang berbeda untuknya. Aku banyak menceritakan keluh kesah ku pada wahyu dan juga sebaliknya. Oleh karena itu,
kami bisa dibilang sudah mengerti satu sama lain.Sejak hari itu, aku mulai
merasa bahwa aku memiliki rasa untuk Wahyu. Rasa itu bukan rasa sayang untuk
sahabat, tetapi sebuah rasa untuk cowok yang selalu perhatian dan peduli
padaku. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamanya.
Hari
ini adalah tanggal 7 November, hari ulang tahun Wahyu. Aku, shania,
putri, arya dan teman kelas lainnya mengadakan sebuah prank untuk Wahyu.
Pada saat jam pelajaran fisika, Wahyu akan
dipanggil ke depan untuk dimarahi oleh guru matematika yaitu bu Nia. Beberapa
jam kemudian, bu Nia memanggil wahyu
maju ke depan. Wahyu dimarahi dan dinasehati oleh bu
Nia dengan menyangkut pautkan organisasinya. Wahyu sangat cinta dan bangga
dengan organisasinya. Ketika ia mendengar hal tentang organisasinya, ia akan
merasa sedih dan kecewa. Dan saat itu juga ia meneteskan air mata dan membuat
bu Nia tidak tega melihatnya. Aku sebenarnya juga sudah tahu bahwa pasti Wahyu
akan sedih. Aku tidak tega melihat wahyu
seperti itu tapi ya memang itu untuk keseruan di hari ulang tahunnya. Lalu,
kami berhenti berakting di depan Wahyu dan menyanyikan lagu ulang tahun
untuknya. Wahyu sangat kaget dan terharu dengan kejadian itu. Nah, rangkaian
acaranya belum berhenti sampai situ lo. Selanjutnya kita sekelas memberikan
tepung pada wahyu dan membuat baju Wahyu kotor dan
penuh tepung.
“Waduh, ni
kotor semua baju aku. Wkwkw” teriak Wahyu.
“Gakpapa
lah... selamat ulang tahun ya Wahyu” jawab
teman-teman saling bersahutan.
“Makasih
banyak kalian” ucap Wahyu.
Setelah rangkaian acara selesai, aku
membantu membersihkan sisa tepung di baju Wahyu.
“Sini aku
bantuin bersihin” ucapku.
“Boleh-boleh.
Kamu juga ikut ngerencanain ini za? Wah bener- bener ya kamu” ucap Wahyu
padaku
“Iya
dong. Maaf banget ya. Sebenarnya aku gak tega kok lihatkamu begitu tapi ambil serunya
aja ya.. dasar cowok cengeng...wkwkkk” jawabku.
“Enak
aja bilang aku cengeng. Kamu yang lebih cengeng wkwkwkwk” celoteh Wahyu
padaku.
Wahyu memang sering mengejekku anak
cengeng karena aku sering menangis di dekatnya. Namun, mendengar ejekannya, aku
merasa senang dan aku merasa tenang jika menangis di dekat Wahyu.
Beberapa
minggu kemudian, pada pelajaran seni budaya diadakan pentas gelar seni. Aku dan
Wahyu
terpilih untuk menjadi pembawa acara dalam kegiatan tersebut. Aku
merasa sangat bahagia bisa membawa acara dengan Wahyu. Wahyu banyak mengajariku
cara menjadi pembawa acara yang baik. Dia juga memberi semangat padaku untuk
percaya diri dalam kegiatan tersebut. Di dalam
kegiatan tersebut, kami juga menampilkan drama yang mencritakan sebuah kerajaan.
Di dalam drama tersebut aku menjadi ratu, dan Wahyu menjadi
raja. Dengan itu, aku merasa senang bisa latihan bersamanya.
Tiba
di hari H kegiatan pentas seni, kami bersiap untuk memberikan penampilan yang
baik. Aku lebih tenang dan semangat karena ada Wahyu disampingku. Setelah
kegiatan selesai, guru seni budaya menghampiri kami. Beliau memberi pujian
untuk chemistry kami saat bermain drama dan juga saat membawakan acara.
“Makasih
ya, yu, udah ngajarin aku bawain acara” ucapku pada Wahyu.
“Sama-sama
za. Udah sip kok kamu mantap” jawab Wahyu.
Seiring
berjalannya waktu, rasaku mulai terus tidak karuan. Dari awal memang kita
berlima sering menghabiskan waktu bersama. Jadi hal itu membuatku merasa lebih
dekat dengan Wahyu. Aku memang menyembunyikan rasaku itu dari empat sahabatku
yang lain. Aku tidak ingin mereka tahu tentang rasaku pada Wahyu. Aku tidak
ingin mereka menertawakan rasaku ini.
Di kelas,
setiap hari kamis diadakan undian untuk giliran tempat duduk. Jadi setiap siswa
akan duduk dengan siswa lain selama 2 minggu. Sebelumnya, aku sudah duduk
dengan teman cowok yang lain. Aku belum pernah dapat undian duduk dengan Wahyu.
Dan tiba-tiba ketika diumumkan di depan, aku dapat undian duduk bersama wahyu.
Mendengar itu, jantungku berdegup kencang dan aku mencoba menutupi rasa kaget
dan bahagiaku itu dari teman-teman yang lain.
“Hoy,
Za
yok duduk yok wkkwkwk” teriak Wahyu sambil
tertawa.
“Okeee
Yu,
yok” jawabku sambil tertawa juga.
Keesokan
harinya, aku duduk disamping Wahyu. Biasanya
aku juga sering duduk bersamanya tetapi undian ini membuat ku merasa canggung
padanya. Ia selalu membuka pembicaraan terlebih dahulu. Aku merasa tenang
karena ia tidak mengetahui apa yang ku rasakan padanya. Beberapa hari berlalu,
kami mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Kami mengerjakan tugas bersama
juga. Aku juga sempat sakit, dia baik sekali padaku. Ia memberiku jaketnya dan
membelikan minum dari kantin untukku.
“Kok
kamu pucet, kamu sakit Za? Ga biasanya kamu gini.” Tanya Wahyu.
“Gatau
Yu,
kepalaku pusing sama badanku rasanya lemes” ucapku.
“Iya
ini,, kamu sakit. Baru kali ini aku lihat kamu tumbang, Za”
tegas Wahyu.
“Iya
Yu..
aku ini juga manusia Wahyu” jawabku padanya
sambil senyum tipis.
“Yaudah
pakek jaketku dulu, bentar aku mau beli minum di kantin” kata Wahyu.
“Makasih
yak” ucapku.
Aku juga baru kali itu bisa sakit di
sekolah. Biasanya kalau aku sakit masih bisa aku tahan. Dari sikap pedulinya
itu yang membuat aku jatuh cinta padanya.
Beberapa
hari kemudian, aku mulai merasa tidak tenang dengan perasaanku. Putri, Shania
dan Arya terlihat mulai curiga denganku. Mereka merasakan perbedaan sikapku
pada Wahyu. Hari itu tidak ada pelajaran, lalu Shania dan Putri
mengajakku pergi ke taman untuk mengobrol. Aku bergegas pergi bersama mereka.
Di tengah obrolan, tiba-tiba Putri langsung
bertanya padaku.
“Za,
kamu mulai ada rasa yang beda ya buat Wahyu?”
tanya Putri.
“Iya
za, kamu suka ya sama Wahyu?” tambah Shania.
“Ha?
Maksudnya.. kalian ini ada-ada aja.wkkwkwk” jawabku sambil tertawa gugup.
“Masak
sih nggak? Kamu kelihatan beda sikapanya ke Wahyu sekarang.”
tanya Putri
penasaran.
“Iya
kamu canggung gimana gitu sama si Wahyu sekarang”
tambah Shania
lagi.
“Ihh
nggak kok.. sama aja. Gak mungkin lah aku suka sama Wahyu”
jawabku meyakinkan mereka.
Aku berusaha tetap menutupi rasaku
dan jangan sampai bisa mereka mengetahuinya. Di hari- hari berikutnya mereka
sering mengejekku di depan teman kelas lainnya. Melihat kelakuan mereka berdua,
aku dan Wahyu hanya tertawa terbahak-bahak dan saling menyangkal hal tersebut.
Beberapa bulan
kemudian, ada beberapa kabar bahwa Wahyu sedang dekat dengan adik kelas.
Mendengar itu, aku tidak menggubrisnya karena aku belum mendengar itu dari Wahyu
sendiri. Memang Wahyu banyak disukai oleh cewek-cewek di sekolah karena
kharismanya yang baik. Beberapa hari lalu, Wahyu sempat bercerita bahwa ia
sedang chatting-an dengan adik kelas bernama Indah. Aku
berfikir bahwa mereka hanya sebatas kakak kelas dan anggota di organisasinya.
Di kelas, Wahyu juga masih menyangkal kabar itu.
Mendengar kabar
tersebut, kami berlima langsung berkumpul untuk menginterogasi Wahyu.
“Emang
bener yu kamu suka sama Indah?” tanya Arya.
“Iya
bener gak yu, cerita dooong..” Shania penasaran.
“Nggak
kok. Aku baru chatting-an aja sama dia.” jawabnya
sambil tersenyum.
“Yaaa
kan berawal dari chat an, trus lama-lamaaa eaaaaaaa” tambah Putri.
“Indah
itu gimana sih anaknya Au menurut kamu?” tanyaku pada
Wahyu.
“Dia
baik kok. Cantik juga sihh wkkkwkk” jawabnya.
Aku memang sengaja menanyakan itu
pada Wahyu. Aku ingin lihat pendapatnya tentang Indah. Mendengar jawabannya,
hatiku sedikit merasa terluka. Tapi aku masih belum yakin kalau Wahyu
benar-benar tertarik pada Indah.
Hampir
setiap hari, teman sekelas selalu mengejek Wahyu tentang Indah. Aku juga
mengejeknya sama dengan yang lain walaupun hatiku menahan rasa sakit. Tiba-tiba
di depan pintu datanglah Indah.
“Assalamu’alaikum,
kak Wahyunya
ada nggak?” salam Indah.
“Wa’alaikumsalam,
ada dek bentar aku panggilkan” jawabku.
“Tuh
yuuu dicari sama dedek gemesmu...” teriak Arya.
“Ea
eaaaa dijemput nih ya. Ini dek ambil Wahyunya” teriak
teman sekelas saling bersahutan.
“Huss...
apaan sih kalian” kata Wahyu pada yang lain.
Wahyu malu dengan ejekan yang lain
sambil tersenyum tipis-tipis. Indah juga merasa canggung mendengar ejekan itu.
Lalu, mereka pergi ke ruang OSIS untuk rapat.
“Aku
ke ruang OSIS dulu Za, nanti bilangin ya kalo dicari sama guru” pamit
Wahyu.
“Siap
mas Wahyu”
jawabku sambil mengacungkan jempol padanya.
Aku masih bisa menunjukkan
keceriaanku di depan semuanya namun aku tidak bisa memungkiri bahwa sebenarnya
aku ingin menangis. Aku juga tidak bisa menceritakan semuanya ke sahabatku yang
lain. Jadi aku menyimpan rasa sakit ini sendiri.
Beberapa
bulan terlewati, kami berlima menghabiskan waktu seperti biasanya. Kami pergi
makan bareng, jalan-jalan bareng dan ketawa-ketiwi gak jelas. Aku bisa lebih
tenang karena mereka selalu membuatku bahagia.
Hari
ini, kelasku ada jam kosong karena Bu Nia izin sakit. Bu Nia hanya memberikan tugas untuk dikerjakan.
Seperti biasa, kita mengerjakan tugas bersama-sama. Arya, Shania dan Putri
sudah menyelesaikan tugasnya. Mereka pergi keluar kelas untuk makan. Hanya ada
aku dan Wahyu duduk bersampingan diantara teman kelas lain yang sedang asyik
dengan kegiatannya masing-masing.
“Alhamdulillah,
akhirnya selesai.” kataku dengan lega.
“Cepet
banget. Bentar lagi finish nih” saut Wahyu.
“Dasar
lemot wwkwkwk” ejekku.
“Wkkwkw..
o iya jangan pergi dulu. Aku pingin cerita penting.” kata
Wahyu
padaku.
“Oke
oke” jawabku.
Aku penasaran apa yang akan
dibicarakan Wahyu padaku. Aku mulai merasa tidak tenang karena apa yang akan
disampaikan Wahyu tidak sesuai dengan ekspektasiku atau hanya akan menyakitiku.
“Aku
mau cerita, tapi jangan bilang-bilang dulu ya sama Arya, Putri sama Shania.
Please” pinta Wahyu padaku.
“Iya
mau cerita apa aku dengerin. Siap jaga
rahasia kok” jawabku.
“Aku
mau cerita tentang Indah” kata Wahyu.
Aku terkejut mendengar perkataan
Wahyu. Aku mulai bersiap untuk menata
hatiku agar bisa menjaga sikap di depan Wahyu.
“Akhir-akhir
ini aku sering chatting-an ama Indah. Kayaknya aku mulai nyaman sama
dia. Baru kali ini aku temuin cuek yang cueknya minta ampun. Dia itu beda dari
cewek yang biasanya. Dia itu punya hal yang buat aku tertarik padanya. Pokoknya
dia itu baik, sopan, peduli disamping sikap cueknya.” penjelasan
Wahyu.
Apa yang Wahyu katakan adalah hal
yang membuat hatiku terluka. Aku berusaha untuk tenang dan mendengarkan cerita
Wahyu.
“Ha?
Wahh.. beneran?” jawabku.
“Iya
Za,
aku juga gak tau gimana bisa suka dan nyaman sama dia. Pokoknya dimataku dia
itu beda dari cewek yang lain” tambah Wahyu.
“Asiyaapp...
wkwkwk.. baru kali ini kamu curhat cewek lo Yu. Terus gimana udah jadian dong
berarti?.. siap PJ makan di kantin nih” ejekku.
“Hhmm..
aku sebenernya gak mau pacaran dulu sih Za. Dia juga bilang kalo gak mau
pacaran. Nah kita jadinya ga pacaran tapi kita saling buat komitmen aja” jawab
Wahyu.
“Oalaahh...
aku sih seneng aja kalo dia baik anaknya. Kamu juga udah nyaman sama Indah.
Selamat yakk..” sahutku.
“Alhamdulillah,
aku seneng dengernya wkwk” tambah Wahyu dengan
lega.
“Kalo
udah buat komitmen, harus dijaga bareng ya. Jangan sampe ada apa-apa di tengah
jalan. Aku ga nyangka sih kamu bisa gitu. Secara ketua OSIS yang begitu cool
bisa klepek-klepek sama dedek dedek gemes.. wkkkwkkk” nasehatku untuk Wahyu.
“Siapp..
semoga aku bisa jaga komitmen itu. O iya lupa ada rapat
lagi. Aku pergi kesana dulu ya, Za. Jangan lupa
rahasiain dulu ya dari Arya, Shania dan Putri” tegas
Wahyu.
“Siap
mas Wahyu”
sahutku.
Setelah
mendengar penjelasan wahyu, hatiku rasanya sakit banget. Rasanya ingin ku
menangis dengan sekencang-kencangnya. Tapi, aku tidak bisa
melakukannya. Aku hanya bisa diam dan merenungkan perkataan Wahyu yang selalu
terngiang di pikiranku.
Dirumah,
aku terus memikirkan kejadian tadi pagi itu. Tiba-tiba hujan
deras turun seakan mengerti apa yang hatiku rasakan. Dengan suasana yang dingin
dan hening hanya terdengar suara hujan, aku menangis dengan menutupi wajahku
dengan bantal. Aku tidak ingin orangtuaku mengetahui keadaan hatiku. Karena
terlalu lama menangis dan tak terasa aku
ketiduran.
Keesokan
harinya, aku bangun dan terkejut melihat mata sembabku. Orang tuaku terlihat
khawatir dan menanyakan kenapa mataku sembab. Namun ku jawab karena aku
menonton film kemarin malam. Alasan itu saja yang terpikirkan olehku.
Di
sekolah, aku juga mersa malu karena mataku terlihat begitu jelek karena efek
sembab.
“Za,
mata kamu kenapa? Habis di tonjok orang ya wkwk” ejek Arya.
“Kepooo”
jawabku.
Wahyu, Putri dan Shania bergega
menghampiriku karena khawatir setelah melihat keadaan mataku.
“Kamu
kenapa Za,
habis nangis?” tanya Putri.
“Kamu
habis ngapain kok gitu matanya?” tanya Shania.
“Za,
kamu kenapa? Kamu habis nangis? Cerita dong kenapa” tanya Wahyu.
“Eh
gak papa. aku tadi malem habis nonton drakor Descendant Of The Sun kwkwkkk”
jawabku pada mereka.
Sebenarnya ingin aku menjawab aku menangis karena hatiku terluka. Hatiku
sangat sakit mendengar perkatan Wahyu kemarin. Aku butuh kalian. Tapi aku hanya
bisa menahannya saja.
Beberapa
hari terlewati, aku banyak berpikir langakah apa yang harus ambil setelah
kejadian itu. Aku melihat Wahyu terlihat bahagia jika menceritakan tentang
hubungannya. Dan hari itu juga aku memutuskan untuk berhenti memiliki rasa yang
lebih dari sahabat unuk Wahyu. Hal itu memang sulit untuk kulakukan, namun
apalagi ayang harus kulakukan. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Kalau aku terus
menyimpan rasa itu pada wahyu, itu hanya akan membuat hatiku terluka dan itu
sia-sia saja. Aku harus melupakan itu dan mengisi hari-hariku untuk kegiatan
yang lain. Beberapa bulan ke depan, ada ujian untuk masuk ke PTN. Aku isi saja
dengan hal- hal lainnya agar aku bis melupakan rasa itu.
Beberapa
bulan lagi, kita semua akan pisah. Kita akan memilih masa depan kita
masing-masing. Seperti halnya, kita berlima juga. Kita berlima yang biasannya
disebut dengan geng bobrok juga memilih tujuan masa depan yang berbeda. Shania
ingin ke PTN di Surabaya, Putri ingin PTN di Malang, Arya ingin melanjutkan KE
PTN di jogjakarta, Wahyu akan mendaftar ke TNI AD dan aku akan melanjutkan ke
PTN di Bandung. Kita fokus pada tujuan masing-masing dan berharap bisa masuk ke
pilihan kita.
Hari
itu telah tiba, hari kegiatan pelepasan siswa kelas 12 SMAN 1 Harapan Hati. Kami
berlima merasa bahagia dan sedih juga di hari itu. Setelah hari itu kita tidak
akan sering bertemu. Kita terpisahkan oleh jarak dan waktu. Namun, dibalik
kesedihan itu ada kebahagiaan tersendiri. Kita berlima berhasil diterima di
tujuan yang kita inginkan. Kami merasa bangga bisa dipanggil nama sekaligus
nama PTN yang kita tuju. Aku angat bangga dengan diriku dan juga sangat
berterimakasih pada orangtuaku yang selalu mendoakanku. Aku juga bahagia bisa
diantara orang-orang yang selalu ada, mendukung, dan menjagaku. Di
hari itu berasa perjuanganku setelah 3 tahun tercapai. Aku sangat bahagia.
Di hari itu
juga, Indah memberikan bucket bunga untuk Wahyu. Sekarang aku mulai tenang dan
bahagia melihat itu. Aku yakin telah membuat keputusan yang tepat tentang
rasaku untuk Wahyu. Dulu, selama melihat hubungan Wahyu dan
Indah,
membuatku tersadar untuk menepikan rasaku untuknya. Karena jika aku tidak
menepikan rasaku maka sekarang aku tidak akan merasakan kebahagiaan seperti
sekarang.
Nah, itu dia cerita singkat kisah cintaku. Mencintai dalam sepi hanya akan membuat hatimu selalu sabar dan menahan. Jika kalian tidak mengungkapkan perasaan kalian, kalian akan menyesal ketika seseorang yang kalian cintai mencintai orang lain. Kesempatan hanya akan datang satu kali. Tidak ada waktu kembali untuk mengulang lagi. Tak ada waktu untuk mengenang sesorang yang kalian cintai. Jadi, utarakan perasaan kalian pada sesorang yang kalian cintai. Diterima atau ditolak itu memang sudah menjadi pilihannya. Namun akan terasa lega jika kalian telah mengutarakan rasa cinta dan tidak perlu menahannya dalam diam. Ceritanya udah kayak di lagu melloww ya. Judul lagunya menepi. Menurutku lagu itu cocok sama cerita singkat kisah cintaku.
TAMAT
Terima kasih telah membaca 😊
Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!
Instagram : @teater_tjp
Twitter : @TeaterTJP
Youtube : Tjerobong Paberik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar