Senin, 19 Juli 2021

Cerpen "Menepi" - Karya Fariza

 Menepi

Cerpen Karya : Fariza Muvidatul Walidy



Kring...kring... kring... suara bel masuk sekolah berbunyi. Semua siswa bergegas masuk ke kelas masing-masing. Sebelumnya, kenalin dulu namaku Ariza Muvida biasa dipanggil Iza. Sekarang aku kelas 12 di SMA Negeri 1 Harapan Hati. kali ini, aku bakal ceritain kisah cinta aku. Aku punya empat sahabat yang selalu ada disampingku.

Putri adalah sahabatku yang pertama. Ia memiliki badan kecil, lucu, dan penyayang. Yang kedua ada Arya, ia salah satu pelawak di kelas. Selanjutnya ada Shania, ia adalah pemegang rangking 1 berturut-turut di kelas. Yang terakhir adalah wahyu, Ia adalah salah satu cowok famous di sekolah.

Hari ini adalah hari yang menegangkan. Karena di kelas jam pertama ada pelajaran matematika peminatan. Matematika peminatan diajar oleh pak hudi. Pak Hadi adalah salah satu guru yang terkenal dengan kedisipilinannya. Setiap  siswa maju ke depan untuk menyelesaikan soal yang diberikan pak Hadi.

“Arya, ayo maju ke depan. Selesaikan soal nomor 4!” panggil pak Hadi

“Iya siap pak” jawab Arya sambil kebingungan.

“Wahyu, Iza maju ke depan juga. Wahyu kerjakan no 19, Iza kerjakan soal nomor 13!” panggil pak Hadi.

Iya pak” jawabku dan wahyu dengan gugup.

Kami bertiga kebingungan dengan soal yang diberikan. Kami bertiga tertawa tipis-tipis sambil berpura-pura menghitung karena tidak bisa mengerjakannya.

Gimana ini, kalian gak bisa menyelesaikan? Waduh waduh” tanya pak Hadi.

Kami bertiga hanya menunduk mendengar pertanyaan dari pak hadi. Pak Hadi lalu memanggil Shania untuk menyelesaikan soal di depan.

“Nah, sudah benar Shania. Kalian bertiga lihat jawaban Shania, pahami. Lain kali belajar lebih giat lagi.” Nasehat pak Hadi.

Iya paak” jawab kami bertiga dengan kompak.

Setelah itu, kami bertiga kembali ke tempat duduk masing- masing. Kring... kring.. bel istirahat telah berbunyi. Lalu, kami bergegas pergi ke masjid untuk shalat dhuha. Sambil berjalan, kita menertawakan kejadian tadi.

Kemudian, kita berencana untuk pergi ke kantin bersama.

“Ayo kita makan di kantin” tanyaku pada yang lain.

“Ayoklah...” jawab Putri,Shania dan Arya.

“Eh maaf aku mau ke ruang OSIS dulu. Ada rapat nih” jawab Wahyu

Wahyu adalah ketua OSIS di sekolah, jadi dia sangat sibuk dengan organisasinya itu. Lalu,kami berempat perg makan ke kantin.

            Beberapa jam kemudian, tiba saatnya pulang sekolah. Aku pulang bersama Putri dan Shania. Kami pulang naik angkutan umum. Di dalam angkutan umum, kami mengobrolkan banyak hal yang tidak penting. Tidak terasa sudah sampai di tempat pemberhentianku. Aku melambaikan tangan utuk berpamitan dengan mereka.

            Beberapa minggu kemudian, kami berlima makan di kantin. Kami mengobrol dan tertawa bersama. Tidak lama kemudian, Shania, Putri dan Arya kembali ke kelas untuk menyelesaikan tugasnya. Sekarang hanya ada aku dan Wahyu. Kami mengobrol banyak dan sedikit curhat juga.

            Di sekolah, wahyu adalah cowok yang memiliki kharisma dan wibawa. Ia juga banyak disukai cewek disekolah. Dengan berbagai kesibukannya, dia sangat baik dan peduli denganku. Selama ini, aku biasa-biasa saja dengan sikap sayang dan peduli dari Wahyu padaku. Tapi, entah kenapa mulai hari itu aku merasakan hal yang berbeda untuknya. Aku banyak menceritakan keluh kesah ku pada  wahyu dan juga sebaliknya. Oleh karena itu, kami bisa dibilang sudah mengerti satu sama lain.Sejak hari itu, aku mulai merasa bahwa aku memiliki rasa untuk Wahyu. Rasa itu bukan rasa sayang untuk sahabat, tetapi sebuah rasa untuk cowok yang selalu perhatian dan peduli padaku. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersamanya.

            Hari ini adalah tanggal 7 November, hari ulang tahun Wahyu. Aku, shania, putri, arya dan teman kelas lainnya mengadakan sebuah prank untuk Wahyu. Pada saat jam pelajaran fisika, Wahyu akan dipanggil ke depan untuk dimarahi oleh guru matematika yaitu bu Nia. Beberapa jam kemudian, bu Nia  memanggil wahyu maju ke depan. Wahyu dimarahi dan dinasehati oleh bu Nia dengan menyangkut pautkan organisasinya. Wahyu sangat cinta dan bangga dengan organisasinya. Ketika ia mendengar hal tentang organisasinya, ia akan merasa sedih dan kecewa. Dan saat itu juga ia meneteskan air mata dan membuat bu Nia tidak tega melihatnya. Aku sebenarnya juga sudah tahu bahwa pasti Wahyu akan sedih. Aku  tidak tega melihat wahyu seperti itu tapi ya memang itu untuk keseruan di hari ulang tahunnya. Lalu, kami berhenti berakting di depan Wahyu dan menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Wahyu sangat kaget dan terharu dengan kejadian itu. Nah, rangkaian acaranya belum berhenti sampai situ lo. Selanjutnya kita sekelas memberikan tepung pada wahyu dan membuat baju Wahyu kotor dan penuh tepung.

“Waduh, ni kotor semua baju aku. Wkwkw” teriak Wahyu.

Gakpapa lah... selamat ulang tahun ya Wahyu” jawab teman-teman saling bersahutan.

Makasih banyak kalian” ucap Wahyu.

Setelah rangkaian acara selesai, aku membantu membersihkan sisa tepung di baju Wahyu.

“Sini aku bantuin bersihin” ucapku.

            “Boleh-boleh. Kamu juga ikut ngerencanain ini za? Wah bener- bener ya kamu” ucap Wahyu padaku

            “Iya dong. Maaf banget ya. Sebenarnya aku gak tega kok lihatkamu begitu tapi ambil serunya aja ya.. dasar cowok cengeng...wkwkkk” jawabku.

Enak aja bilang aku cengeng. Kamu yang lebih cengeng wkwkwkwk” celoteh Wahyu padaku.

Wahyu memang sering mengejekku anak cengeng karena aku sering menangis di dekatnya. Namun, mendengar ejekannya, aku merasa senang dan aku merasa tenang jika menangis di dekat Wahyu.

            Beberapa minggu kemudian, pada pelajaran seni budaya diadakan pentas gelar seni. Aku dan Wahyu terpilih untuk menjadi pembawa acara dalam kegiatan tersebut. Aku merasa sangat bahagia bisa membawa acara dengan Wahyu. Wahyu banyak mengajariku cara menjadi pembawa acara yang baik. Dia juga memberi semangat padaku untuk percaya diri dalam kegiatan tersebut. Di dalam kegiatan tersebut, kami juga menampilkan drama yang mencritakan sebuah kerajaan. Di dalam drama tersebut aku menjadi ratu, dan Wahyu menjadi raja. Dengan itu, aku merasa senang bisa latihan bersamanya.

            Tiba di hari H kegiatan pentas seni, kami bersiap untuk memberikan penampilan yang baik. Aku lebih tenang dan semangat karena ada Wahyu disampingku. Setelah kegiatan selesai, guru seni budaya menghampiri kami. Beliau memberi pujian untuk chemistry kami saat bermain drama dan juga saat membawakan acara.

            “Makasih ya, yu, udah ngajarin aku bawain acara” ucapku pada Wahyu.

            “Sama-sama za. Udah sip kok kamu mantap” jawab Wahyu.

Seiring berjalannya waktu, rasaku mulai terus tidak karuan. Dari awal memang kita berlima sering menghabiskan waktu bersama. Jadi hal itu membuatku merasa lebih dekat dengan Wahyu. Aku memang menyembunyikan rasaku itu dari empat sahabatku yang lain. Aku tidak ingin mereka tahu tentang rasaku pada Wahyu. Aku tidak ingin mereka menertawakan rasaku ini.

Di kelas, setiap hari kamis diadakan undian untuk giliran tempat duduk. Jadi setiap siswa akan duduk dengan siswa lain selama 2 minggu. Sebelumnya, aku sudah duduk dengan teman cowok yang lain. Aku belum pernah dapat undian duduk dengan Wahyu. Dan tiba-tiba ketika diumumkan di depan, aku dapat undian duduk bersama wahyu. Mendengar itu, jantungku berdegup kencang dan aku mencoba menutupi rasa kaget dan bahagiaku itu dari teman-teman yang lain.

Hoy, Za yok duduk yok wkkwkwk” teriak Wahyu sambil tertawa.

Okeee Yu, yok” jawabku sambil tertawa juga.

            Keesokan harinya, aku duduk disamping Wahyu. Biasanya aku juga sering duduk bersamanya tetapi undian ini membuat ku merasa canggung padanya. Ia selalu membuka pembicaraan terlebih dahulu. Aku merasa tenang karena ia tidak mengetahui apa yang ku rasakan padanya. Beberapa hari berlalu, kami mengobrol dan bercanda seperti biasanya. Kami mengerjakan tugas bersama juga. Aku juga sempat sakit, dia baik sekali padaku. Ia memberiku jaketnya dan membelikan minum dari kantin untukku.

            “Kok kamu pucet, kamu sakit Za? Ga biasanya kamu gini.” Tanya Wahyu.

            “Gatau Yu, kepalaku pusing sama badanku rasanya lemes” ucapku.

            “Iya ini,, kamu sakit. Baru kali ini aku lihat kamu tumbang, Za” tegas Wahyu.

            “Iya Yu.. aku ini juga manusia Wahyu” jawabku padanya sambil senyum tipis.

            “Yaudah pakek jaketku dulu, bentar aku mau beli minum di kantin” kata Wahyu.

            “Makasih yak” ucapku.

Aku juga baru kali itu bisa sakit di sekolah. Biasanya kalau aku sakit masih bisa aku tahan. Dari sikap pedulinya itu yang membuat aku jatuh cinta padanya.

            Beberapa hari kemudian, aku mulai merasa tidak tenang dengan perasaanku. Putri, Shania dan Arya terlihat mulai curiga denganku. Mereka merasakan perbedaan sikapku pada Wahyu. Hari itu tidak ada pelajaran, lalu Shania dan Putri mengajakku pergi ke taman untuk mengobrol. Aku bergegas pergi bersama mereka. Di tengah obrolan, tiba-tiba Putri langsung bertanya padaku.

            “Za, kamu mulai ada rasa yang beda ya buat Wahyu?” tanya Putri.

            “Iya za, kamu suka ya sama Wahyu?” tambah Shania.

            “Ha? Maksudnya.. kalian ini ada-ada aja.wkkwkwk” jawabku sambil tertawa gugup.

            “Masak sih nggak? Kamu kelihatan beda sikapanya ke Wahyu sekarang.”  tanya Putri penasaran.

            “Iya kamu canggung gimana gitu sama si Wahyu sekarang” tambah Shania lagi.

            “Ihh nggak kok.. sama aja. Gak mungkin lah aku suka sama Wahyu” jawabku meyakinkan mereka.

Aku berusaha tetap menutupi rasaku dan jangan sampai bisa mereka mengetahuinya. Di hari- hari berikutnya mereka sering mengejekku di depan teman kelas lainnya. Melihat kelakuan mereka berdua, aku dan Wahyu hanya tertawa terbahak-bahak dan saling menyangkal hal tersebut.

Beberapa bulan kemudian, ada beberapa kabar bahwa Wahyu sedang dekat dengan adik kelas. Mendengar itu, aku tidak menggubrisnya karena aku belum mendengar itu dari Wahyu sendiri. Memang Wahyu banyak disukai oleh cewek-cewek di sekolah karena kharismanya yang baik. Beberapa hari lalu, Wahyu sempat bercerita bahwa ia sedang chatting-an dengan adik kelas bernama Indah. Aku berfikir bahwa mereka hanya sebatas kakak kelas dan anggota di organisasinya. Di kelas, Wahyu juga masih menyangkal kabar itu.

Mendengar kabar tersebut, kami berlima langsung berkumpul untuk menginterogasi Wahyu.

Emang bener yu kamu suka sama Indah?” tanya Arya.

Iya bener gak yu, cerita dooong..” Shania penasaran.

Nggak kok. Aku baru chatting-an aja sama dia.” jawabnya sambil tersenyum.

Yaaa kan berawal dari chat an, trus lama-lamaaa eaaaaaaa” tambah Putri.

Indah itu gimana sih anaknya Au menurut kamu?” tanyaku pada Wahyu.

Dia baik kok. Cantik juga sihh wkkkwkk” jawabnya.

Aku memang sengaja menanyakan itu pada Wahyu. Aku ingin lihat pendapatnya tentang Indah. Mendengar jawabannya, hatiku sedikit merasa terluka. Tapi aku masih belum yakin kalau Wahyu benar-benar tertarik pada Indah.

            Hampir setiap hari, teman sekelas selalu mengejek Wahyu tentang Indah. Aku juga mengejeknya sama dengan yang lain walaupun hatiku menahan rasa sakit. Tiba-tiba di depan pintu datanglah Indah.

            “Assalamualaikum, kak Wahyunya ada nggak?” salam Indah.

            “Waalaikumsalam, ada dek bentar aku panggilkan” jawabku.

            “Tuh yuuu dicari sama dedek gemesmu...” teriak Arya.

            “Ea eaaaa dijemput nih ya. Ini dek ambil Wahyunya” teriak teman sekelas saling bersahutan.

            “Huss... apaan sih kalian” kata Wahyu pada yang lain.

Wahyu malu dengan ejekan yang lain sambil tersenyum tipis-tipis. Indah juga merasa canggung mendengar ejekan itu. Lalu, mereka pergi ke ruang OSIS untuk rapat.

            “Aku ke ruang OSIS dulu Za, nanti bilangin ya kalo dicari sama guru” pamit Wahyu.

            “Siap mas Wahyu” jawabku sambil mengacungkan jempol padanya.

Aku masih bisa menunjukkan keceriaanku di depan semuanya namun aku tidak bisa memungkiri bahwa sebenarnya aku ingin menangis. Aku juga tidak bisa menceritakan semuanya ke sahabatku yang lain. Jadi aku menyimpan rasa sakit ini sendiri.

            Beberapa bulan terlewati, kami berlima menghabiskan waktu seperti biasanya. Kami pergi makan bareng, jalan-jalan bareng dan ketawa-ketiwi gak jelas. Aku bisa lebih tenang karena mereka selalu membuatku bahagia.

            Hari ini, kelasku ada jam kosong karena Bu Nia izin sakit. Bu  Nia hanya memberikan tugas untuk dikerjakan. Seperti biasa, kita mengerjakan tugas bersama-sama. Arya, Shania dan Putri sudah menyelesaikan tugasnya. Mereka pergi keluar kelas untuk makan. Hanya ada aku dan Wahyu duduk bersampingan diantara teman kelas lain yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing.

            “Alhamdulillah, akhirnya selesai.” kataku dengan lega.

            “Cepet banget. Bentar lagi finish nih” saut Wahyu.

            “Dasar lemot wwkwkwk” ejekku.

            “Wkkwkw.. o iya jangan pergi dulu. Aku pingin cerita penting.” kata Wahyu padaku.

            “Oke oke” jawabku.

Aku penasaran apa yang akan dibicarakan Wahyu padaku. Aku mulai merasa tidak tenang karena apa yang akan disampaikan Wahyu tidak sesuai dengan ekspektasiku atau hanya akan menyakitiku.

            “Aku mau cerita, tapi jangan bilang-bilang dulu ya sama Arya, Putri sama Shania. Please” pinta Wahyu padaku.

            “Iya mau cerita apa aku dengerin. Siap  jaga rahasia kok” jawabku.

            “Aku mau cerita tentang Indah” kata Wahyu.

Aku terkejut mendengar perkataan Wahyu. Aku mulai bersiap  untuk menata hatiku agar bisa menjaga sikap di depan Wahyu.

            “Akhir-akhir ini aku sering chatting-an ama Indah. Kayaknya aku mulai nyaman sama dia. Baru kali ini aku temuin cuek yang cueknya minta ampun. Dia itu beda dari cewek yang biasanya. Dia itu punya hal yang buat aku tertarik padanya. Pokoknya dia itu baik, sopan, peduli disamping sikap cueknya.” penjelasan Wahyu.

Apa yang Wahyu katakan adalah hal yang membuat hatiku terluka. Aku berusaha untuk tenang dan mendengarkan cerita Wahyu.

            “Ha? Wahh.. beneran?” jawabku.

            “Iya Za, aku juga gak tau gimana bisa suka dan nyaman sama dia. Pokoknya dimataku dia itu beda dari cewek yang lain” tambah Wahyu.

            “Asiyaapp... wkwkwk.. baru kali ini kamu curhat cewek lo Yu. Terus gimana udah jadian dong berarti?.. siap PJ makan di kantin nih” ejekku.

            “Hhmm.. aku sebenernya gak mau pacaran dulu sih Za. Dia juga bilang kalo gak mau pacaran. Nah kita jadinya ga pacaran tapi kita saling buat komitmen aja” jawab Wahyu.

            “Oalaahh... aku sih seneng aja kalo dia baik anaknya. Kamu juga udah nyaman sama Indah. Selamat yakk..” sahutku.

            “Alhamdulillah, aku seneng dengernya wkwk” tambah Wahyu dengan lega.

            “Kalo udah buat komitmen, harus dijaga bareng ya. Jangan sampe ada apa-apa di tengah jalan. Aku ga nyangka sih kamu bisa gitu. Secara ketua OSIS yang begitu cool bisa klepek-klepek sama dedek dedek gemes.. wkkkwkkk” nasehatku untuk Wahyu.

            “Siapp.. semoga aku bisa jaga komitmen itu. O iya lupa ada rapat lagi. Aku pergi kesana dulu ya, Za. Jangan lupa rahasiain dulu ya dari Arya, Shania dan Putri” tegas Wahyu.

            “Siap mas Wahyu” sahutku.

            Setelah mendengar penjelasan wahyu, hatiku rasanya sakit banget. Rasanya ingin ku menangis dengan sekencang-kencangnya. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Aku hanya bisa diam dan merenungkan perkataan Wahyu yang selalu terngiang di pikiranku.

            Dirumah, aku terus memikirkan kejadian tadi pagi itu. Tiba-tiba hujan deras turun seakan mengerti apa yang hatiku rasakan. Dengan suasana yang dingin dan hening hanya terdengar suara hujan, aku menangis dengan menutupi wajahku dengan bantal. Aku tidak ingin orangtuaku mengetahui keadaan hatiku. Karena terlalu lama menangis dan tak terasa aku ketiduran.

            Keesokan harinya, aku bangun dan terkejut melihat mata sembabku. Orang tuaku terlihat khawatir dan menanyakan kenapa mataku sembab. Namun ku jawab karena aku menonton film kemarin malam. Alasan itu saja yang terpikirkan olehku.

            Di sekolah, aku juga mersa malu karena mataku terlihat begitu jelek karena efek sembab.

            “Za, mata kamu kenapa? Habis di tonjok orang ya wkwk” ejek Arya.

            “Kepooo” jawabku.

Wahyu, Putri dan Shania bergega menghampiriku karena khawatir setelah melihat keadaan mataku.

            “Kamu kenapa Za, habis nangis?” tanya Putri.

            “Kamu habis ngapain kok gitu matanya?” tanya Shania.

            “Za, kamu kenapa? Kamu habis nangis? Cerita dong kenapa” tanya Wahyu.

            “Eh gak papa. aku tadi malem habis nonton drakor Descendant Of The Sun kwkwkkk” jawabku pada mereka.

Sebenarnya ingin aku menjawab  aku menangis karena hatiku terluka. Hatiku sangat sakit mendengar perkatan Wahyu kemarin. Aku butuh kalian. Tapi aku hanya bisa menahannya saja.

            Beberapa hari terlewati, aku banyak berpikir langakah apa yang harus ambil setelah kejadian itu. Aku melihat Wahyu terlihat bahagia jika menceritakan tentang hubungannya. Dan hari itu juga aku memutuskan untuk berhenti memiliki rasa yang lebih dari sahabat unuk Wahyu. Hal itu memang sulit untuk kulakukan, namun apalagi ayang harus kulakukan. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Kalau aku terus menyimpan rasa itu pada wahyu, itu hanya akan membuat hatiku terluka dan itu sia-sia saja. Aku harus melupakan itu dan mengisi hari-hariku untuk kegiatan yang lain. Beberapa bulan ke depan, ada ujian untuk masuk ke PTN. Aku isi saja dengan hal- hal lainnya agar aku bis melupakan rasa itu.

            Beberapa bulan lagi, kita semua akan pisah. Kita akan memilih masa depan kita masing-masing. Seperti halnya, kita berlima juga. Kita berlima yang biasannya disebut dengan geng bobrok juga memilih tujuan masa depan yang berbeda. Shania ingin ke PTN di Surabaya, Putri ingin PTN di Malang, Arya ingin melanjutkan KE PTN di jogjakarta, Wahyu akan mendaftar ke TNI AD dan aku akan melanjutkan ke PTN di Bandung. Kita fokus pada tujuan masing-masing dan berharap bisa masuk ke pilihan kita.

            Hari itu telah tiba, hari kegiatan pelepasan siswa kelas 12 SMAN 1 Harapan Hati. Kami berlima merasa bahagia dan sedih juga di hari itu. Setelah hari itu kita tidak akan sering bertemu. Kita terpisahkan oleh jarak dan waktu. Namun, dibalik kesedihan itu ada kebahagiaan tersendiri. Kita berlima berhasil diterima di tujuan yang kita inginkan. Kami merasa bangga bisa dipanggil nama sekaligus nama PTN yang kita tuju. Aku angat bangga dengan diriku dan juga sangat berterimakasih pada orangtuaku yang selalu mendoakanku. Aku juga bahagia bisa diantara orang-orang yang selalu ada, mendukung, dan menjagaku. Di hari itu berasa perjuanganku setelah 3 tahun tercapai. Aku sangat bahagia.

Di hari itu juga, Indah memberikan bucket bunga untuk Wahyu. Sekarang aku mulai tenang dan bahagia melihat itu. Aku yakin telah membuat keputusan yang tepat tentang rasaku untuk Wahyu. Dulu, selama melihat hubungan Wahyu dan Indah, membuatku tersadar untuk menepikan rasaku untuknya. Karena jika aku tidak menepikan rasaku maka sekarang aku tidak akan merasakan kebahagiaan seperti sekarang.

Nah, itu dia cerita singkat kisah cintaku. Mencintai dalam sepi hanya akan membuat hatimu selalu sabar dan menahan. Jika kalian tidak mengungkapkan perasaan kalian, kalian akan menyesal ketika seseorang yang kalian cintai mencintai orang lain. Kesempatan hanya akan datang satu kali. Tidak ada waktu kembali untuk mengulang lagi. Tak ada waktu untuk mengenang sesorang yang kalian cintai. Jadi, utarakan perasaan kalian pada sesorang yang kalian cintai. Diterima atau ditolak itu memang sudah menjadi pilihannya. Namun akan terasa lega jika kalian telah mengutarakan rasa cinta dan tidak perlu menahannya dalam diam. Ceritanya udah kayak di lagu melloww ya. Judul lagunya menepi. Menurutku lagu itu cocok sama cerita singkat kisah cintaku.

 

TAMAT


Terima kasih telah membaca 😊

Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!

Instagram    : @teater_tjp

Twitter        : @TeaterTJP

Youtube      : Tjerobong Paberik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar