Kamis, 12 Agustus 2021

Cerpen "Persona" - Karya Belinda

Persona

Cerpen Karya : Belinda Azkalina



‘Huhhh’ perlahan asap itu keluar melalui mulutku. Aku hanya menatapnya yang sudah diam di depan pintu itu sedari 5 menit yang lalu.

“Apa kau hanya akan menatapku seperti itu?” akhirnya ia berkicau.

Aku tersenyum tipis dengan menatapnya malas. Aku pikir pria ini akan menjadi terakhir, tapi pada dasarnya manusia memang tamak mungkin aku tidak akan berakhir dengan cepat.  Ck, cerutu ini sudah tak semanis tadi.

“Kau yang datang tanpa diundang, untuk apa berlaku sopan seperti itu sekarang?”.

Ia masuk dengan aura yang sudah bisa ditebak. Marah? Sedih? Bingung? Memang manusia tamak.

Ia terus memainkan jari-jarinya dengan gusar. Tapi aku terus menikmati serutu yang bahkan sudah terasa pahit sekarang.

“Apa kau tidak berpikir, kalau kau sudah keterlaluan terhadapku?”

“Apa maksudmu?” aku menatap lurus pada bola mata yang dulu terlihat manis itu. Ah sayang sekali sekarang hanya terlihat kotor.

“Kita sepasang kekasih, tapi seakan semua tidak ada artinya. Kau tiba-tiba menghilang dan datang sekarang hanya untuk mengakhiri semuanya karena kau bosan.”

Aku mematikan cerutu yang masih bersisa itu. Ia benar-benar menghancurkan mood hari ini.

“Kita sudah berkencan kemarin” balasku.

Garis mukanya yang mulai mengeras membuatku semakin tertarik dengan apa yang akan dilakukannya kemudian.

“Kencan? Apa itu bisa dibilang kencan? Kau hanya memandangi ponselmu selama perjalanan ke restoran. Dan direstoran pun kau terus mengabaikanku sampai kau bilang ingin ke kamar mandi dan aku malah memeregokimu berciuman dengan lelaki lain”.

Aku hanya menguap tak tertarik. Tidak semenarik itu.

“Kenapa kau kurang ajar? Sampai kapan aku harus menahannya seperti ini? Sebenarnya apa arti diriku?”

“Ck kau membahas arti bodoh itu lagi dan lagi”

“HEI!”.

Lantas aku mulai memajukan badanku dan menopang dagu. Jaraknya terpisah meja kotak ini namun ia pasti mengerti jika ia harus menghentikan semua drama ini.

“Katamu aku menarik karena terlihat memiliki banyak rahasia, bahkan sekarang kau tidak ingat pernah mengatakannya.”

Ia hanya tertunduk dan mengusap wajahnya kasar. Akupun hanya menuang wine yang sudah kubawa tadi.

Hei,” ia mengangkat wajahnya dan menatapku lekat.

Hubungan ini tidak ada kewajiban hukum, ini bukan hubungan berkomitmen. Kemana aku pergi, apapun perbuatanku, apa yang ingin kulakukan, dengan siapa aku berbicara, semua itu terserahku, hm?”

Ia terdiam sembari terus menatapku seolah dipaksa untuk mengerti olehku. Tapi aku tau, ia itu manusia sepenuhnya. Perasaan dan logika, itu yang sedang ia perdebatkan sekarang.

“Apa kau tau? Ada banyak hubungan aneh di dunia ini yang tak bisa kau pahami. Aku memutuskan tinggal denganmu, untuk bersikap sopan kepadamu dan sekarang waktunya sudah habis.” Aku memainkan gelas berisi wine yang berada di tanganku.

“Aku mendengarkanmu seharian kemarin. Soal arti cinta dan wanita? Kau sudah pernah menceritakannya, tapi aku diam saja saat sudah mendengarnya beberapa kali.”

Ia terus mendengarkan semua perkataanku meski setajam ini.

“Aku agak iba kepadamu, juga masih menghormati dan menyayangimu. Hanya itu alasanku tetap denganmu. Jadi apa masalahnya? Apa maumu dariku?”

Tapi balasannya kali ini sedikit diluar dugaan. Ia hanya tersenyum sinis dan mengalihkan pandangannya dariku.

“Apa aku tidak cukup untukmu?”

“Kau? Apa yang sudah kau lakukan untukku selain perlakuan menggelikan yang kau berikan selama bersamaku? Kau tau kan jika aku tidak tertarik dengan semua itu?”

Ia menatap tak percaya. Hanya ada hening saat ini. Aku terus meminum wine manis ini sedikit demi sedikit.

“Baiklah. Apapun itu karna aku akan sudah berjanji memberikan semuanya padamu.” Pandanganku pada gelas kini teralihkan pada lelaki manis dihadapanku ini.

“Semua?” aku meyakinkan kembali apa yang sudah ia katakan. Karena ia juga seharusnya sudah paham dengan apa yang sudah ia katakan tadi.

Aku sedikit terkekeh dan menyimpan gelas yang sudah kosong di meja. Aku berdiri dan perlahan mendekatinya. Ia kemudian ikut berdiri dengan aku yang ada dihadapannya. Aku perlahan meraba dadanya. Hangat. Dan, detakan. Aku menyukainya.

“Kalau begitu, berikan jantungmu.” Aku berkata sehangat mungkin.

Bagaimanapun ia pernah menjagaku meski sebenarnya itu tidak berguna. Aku pikir aku tidak akan menemukan manusia tamak dan bodoh seperti ini lagi, tapi tidak mungkin karna pada dasarnya semua manusia serakah. Tidak ada pengecualian termasuk aku yang seorang ‘manusia’.


TAMAT


Terima kasih telah membaca 😊

Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!

Instagram    : @teater_tjp

Twitter        : @TeaterTJP

Youtube      : Tjerobong Paberik

2 komentar: