Persona
‘Huhhh’ perlahan asap itu keluar melalui mulutku. Aku hanya menatapnya yang sudah diam di depan pintu itu sedari 5 menit yang lalu.
“Apa
kau hanya akan menatapku seperti itu?” akhirnya ia berkicau.
Aku
tersenyum tipis dengan menatapnya malas. Aku pikir pria ini akan menjadi
terakhir, tapi pada dasarnya manusia memang tamak mungkin aku tidak akan
berakhir dengan cepat. Ck, cerutu ini
sudah tak semanis tadi.
“Kau
yang datang tanpa diundang, untuk apa berlaku sopan seperti itu
sekarang?”.
Ia
masuk dengan aura yang sudah bisa ditebak. Marah? Sedih? Bingung? Memang
manusia tamak.
Ia terus memainkan jari-jarinya dengan gusar. Tapi aku terus
menikmati serutu yang bahkan sudah terasa pahit sekarang.
“Apa
kau tidak berpikir, kalau kau sudah keterlaluan terhadapku?”
“Apa
maksudmu?” aku menatap lurus pada bola mata yang dulu terlihat manis itu. Ah
sayang sekali sekarang hanya terlihat kotor.
“Kita
sepasang kekasih, tapi seakan semua tidak ada artinya. Kau tiba-tiba menghilang
dan datang sekarang hanya untuk mengakhiri semuanya karena kau bosan.”
Aku mematikan
cerutu yang masih bersisa itu. Ia benar-benar menghancurkan mood hari ini.
“Kita
sudah berkencan kemarin” balasku.
Garis
mukanya yang mulai mengeras membuatku semakin tertarik dengan apa yang akan
dilakukannya kemudian.
“Kencan?
Apa itu bisa dibilang kencan? Kau hanya memandangi ponselmu selama perjalanan
ke restoran. Dan direstoran pun kau terus mengabaikanku sampai kau bilang ingin
ke kamar mandi dan aku malah memeregokimu berciuman dengan lelaki lain”.
Aku
hanya menguap tak tertarik. Tidak semenarik itu.
“Kenapa
kau kurang ajar? Sampai kapan aku harus menahannya seperti ini? Sebenarnya apa
arti diriku?”
“Ck
kau membahas arti bodoh itu lagi dan lagi”
“HEI!”.
Lantas aku mulai memajukan badanku dan menopang dagu. Jaraknya
terpisah meja kotak ini namun ia pasti mengerti jika ia harus menghentikan
semua drama ini.
“Katamu
aku menarik karena terlihat memiliki banyak rahasia, bahkan sekarang kau tidak
ingat pernah mengatakannya.”
Ia
hanya tertunduk dan mengusap wajahnya kasar. Akupun hanya menuang wine yang
sudah kubawa tadi.
“Hei,”
ia mengangkat wajahnya dan menatapku lekat.
“Hubungan
ini tidak ada kewajiban hukum, ini bukan hubungan berkomitmen. Kemana aku
pergi, apapun perbuatanku, apa yang ingin kulakukan, dengan siapa aku
berbicara, semua itu terserahku, hm?”
Ia terdiam sembari terus menatapku
seolah dipaksa untuk mengerti olehku. Tapi aku tau, ia itu manusia sepenuhnya.
Perasaan dan logika, itu yang sedang ia perdebatkan sekarang.
“Apa
kau tau? Ada banyak hubungan aneh di dunia ini yang tak bisa kau pahami. Aku
memutuskan tinggal denganmu, untuk bersikap sopan kepadamu dan sekarang
waktunya sudah habis.” Aku memainkan gelas berisi wine yang berada di tanganku.
“Aku
mendengarkanmu seharian kemarin. Soal arti cinta dan wanita? Kau sudah pernah
menceritakannya, tapi aku diam saja saat sudah mendengarnya beberapa kali.”
Ia
terus mendengarkan semua perkataanku meski setajam ini.
“Aku
agak iba kepadamu, juga masih menghormati dan menyayangimu. Hanya itu alasanku
tetap denganmu. Jadi apa masalahnya? Apa maumu dariku?”
Tapi balasannya kali ini sedikit diluar dugaan. Ia hanya tersenyum
sinis dan mengalihkan pandangannya dariku.
“Apa
aku tidak cukup untukmu?”
“Kau?
Apa yang sudah kau lakukan untukku selain perlakuan menggelikan yang kau
berikan selama bersamaku? Kau tau kan jika aku tidak tertarik dengan semua
itu?”
Ia menatap tak percaya. Hanya ada
hening saat ini. Aku terus meminum wine manis ini sedikit demi sedikit.
“Baiklah.
Apapun itu karna aku akan sudah berjanji memberikan semuanya padamu.”
Pandanganku pada gelas kini teralihkan pada lelaki manis dihadapanku ini.
“Semua?”
aku meyakinkan kembali apa yang sudah ia katakan. Karena ia juga seharusnya
sudah paham dengan apa yang sudah ia katakan tadi.
Aku
sedikit terkekeh dan menyimpan gelas yang sudah kosong di meja. Aku berdiri dan
perlahan mendekatinya. Ia kemudian ikut berdiri dengan aku yang ada
dihadapannya. Aku perlahan meraba dadanya. Hangat. Dan, detakan. Aku
menyukainya.
“Kalau
begitu, berikan jantungmu.” Aku berkata sehangat mungkin.
Bagaimanapun
ia pernah menjagaku meski sebenarnya itu tidak berguna. Aku pikir aku tidak
akan menemukan manusia tamak dan bodoh seperti ini lagi, tapi tidak mungkin
karna pada dasarnya semua manusia serakah. Tidak ada pengecualian termasuk aku
yang seorang ‘manusia’.
TAMAT
Terima kasih telah membaca 😊
Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!
Instagram : @teater_tjp
Twitter : @TeaterTJP
Youtube : Tjerobong Paberik
Sukses selalu adikku semangatttt!!!!!!
BalasHapusMantap banget ni cerpen🥺 sukses terus yaaaaa
BalasHapus