Rabu, 18 Agustus 2021

Rampai Puisi TJP



BAHAGIA

Oleh Lydia

 

Ada bahagia disana

Bersama berbagi tawa

Ada bahagia juga disini

Bahagia yang melihat lainnya bahagia

 

Malam yang gelap

Sepi... sunyi...

Mendengarkan lagu sendu

Bahagia menari sendiri

 

Malam bersama sinar rembulan

Dengan mu...

Berbagi kisah dan tawa

Bahagia sepanjang malam

 

Malam ini sendiri

Bersama bayangan

Memeluk kenangan

Bahagia... melihat lainnya

Bahagia


 

 WAKTU

Oleh Belinda


 Baru kemarin rasanya ku bertemu dengan mereka

Serasa ringan semua pikiran yang ada

Tak pernah sedetikpun terlintas di benak, bagaimana jika aku kehilangan salah satu dari mereka

 

Namun pada akhirnya waktu membantuku untuk menjawab

Bahkan untuk hal yang bahkan tak pernah kuharapkan

 

Kini hanya bisa mengirim do’a

Berharap yang terbaik

Dan menunggu untuk bertemu kembali nanti

 

 

 

KEMBALI

Oleh Nia

 

Sudah lama aku tak meredam rasa lewat majas yang indahnya tak terkira

Sudah lama aku tak berkata cinta kepada Dia yang rutin memberi bahagia

Sempat aku terikat pada baikNya yang berhasil memikat

Sempat aku terjatuh pada kasihNya yang berhasil membuat luluh

 

Tapi sayang, ditengah jalan ku mengejar Dia

Aku tersungkur dari denah singgasanaNya

Aku terpental ke arah berbeda

Pada sebuah tanjakan melelahkan

Pada sebuah portal mengerikan

 

Ingin ku kembali kepada Dia

Sang Pemilik Cinta Sebenarnya

yang tak bisa diuraikan lewat kata


 

 

 LAMUNANKU

Oleh Bunga

 

Sepi... lamunan tiada arti

Hati kini jadi beku kala purnama tiba

Ku menelusuri angan tanpa pasti

Menunggu akan jawabnya

 

Air mata kian menetes di pipi ini

Kasih sayang yang tidak lagi terasa

Rindu yang selalu menggantung di hati

Ufuk senja dalam tepian relung sukma

 

Seperti orang bodoh aku berdiri sendiri

Terus berkata pada hati bahwa itu tak apa

Kebahagiaan yang sudah dicederai

Meskipun sakit ini tetap cinta

 

Sepiku membunuh imaji dalam sunyi

Kepahitan mengunci dalam nostalgia

Adakah esok matahari bersinar kembali?

Saat dimana aku, kamu, dan dia bahagia

 

 

 

MASIH SAMA

Oleh Wahidah

 

Hari ini dan kemarin, masih sama

Sudah sejak lama

Terjajah benda tak kasat mata

Tercekam ketakutan dan kesulitan

Hidup serba terbatas, otak harus berfikir keras

Agar keluar dari derita

Semua berduka atas kematian

Para korban, juga rasa kemanusiaan

Entah sampai kapan

Kejenuhan ini memenjara

Bahkan akal pun sudah tak tersisa

Pulih, akankah nyata?

Atau hanya jadi angan belaka?

 

 

 

SECERCAH KENANGAN

Oleh Fariza

 

Setapak demi setapak...

Langkah fikirku menuju sebuah kenangan

Dimana hanya ada kata kita

Bercanda bersama...

Tertawa bersama...

Bahkan rasa sedih kita bagi berdua ...

 

Lalu sekarang, dimanakah dirimu?

Mengapa sekarang menjadi beku?

Dimanakah sifatmu yang dulu?

Kau tau, aku rindu denganmu...

Bagiku kaulah sandaran ternyaman

Untuk membagi kelu kesahku

 

Persahabatan yang kita bangun...

Seolah runtuh begitu saja...

Lalu, apakah semua akan seperti ini?

Jika benar, mungkin

Masa lalu yang kita lalui hanya sebuah angan

Yang tetap akan menjadi secercah kenangan...

 

 

 

PANDEMI

Oleh Ibrahim

 

Hari-hari terus berganti

Meninggalkan sakit yang tak terobati

Berjuang sendiri-sendiri

Hingga perlahan semua mati

 

Tak tahu kapan ini berhenti

Mungkin esok ataupun nanti

Hanya dapat berdoa pada ilahi

Agar semua pulih kembali

 

 


KELUT

Oleh Ghaisani

 

Aku tak tau sejak kapan itu

Hati ku mulai beradu

Pikiran pun tak menentu

Harus kah ku diamkan atau ku utarakan?


 Lidah ini kelut

Tanganku bertaut

Ku coba menepis semua rasa takut

Tapi tetap, aku tak sanggup

 

Biarlah rasa ini hanya untukku

Kau tak perlu tau

Rasa ini hanya aku dan tuhanku yang tau

Lalu akan ku adukan kau di dalam sujudku

 

 

 

BUMI DAN MATAHARI

Oleh Shilmi

 

Aku ini bagaikan bumi

Kau bagaikan matahari

Meskipun berjauhan tetap saja

cahaya dari sang matahari

dapat tersampaikan kepada sang bumi

 

Kau itu dekat

Namun hatiku seperti menyeru

ingin mengenggam hatimu

yang jauh bak bumi dan matahari

 

Apakah aku bisa menjadi matahari

yang selalu menerangi tanpa adanya pembalasan darimu?

Rela berkorban seperti lilin yang habis

demi menerangi kegelapan tanpa adanya

harapan untuk mendapat balasan


Percayalah, aku sebenarnya sudah lelah

menyimpan perasaan yang mungkin kau

tidak akan mengira aku mempunyainya

 

Tapi percayalah, aku dengan menemanimu saja sudah merasa bahagia

Dengan didekatmu saja aku sudah

merasa cukup dan sebenarnya kau tak layak untuk sendirian

dan aku disini untuk menemanimu selagi aku masih bisa berdiri tegak

Meskipun ku tau dirimu hanya ingin tubuh ini segera tumbang

 

 

 

BUKAN

Oleh Mardhiyyah

 

Untuk tali yang diberikan padanya

Yang hampir jatuh dari tebing.

Selamatkan dari akhir.

 

Untuk jemari yang menautkannya

dari rasa sedih jua frustasi.

Untuk frasa yang tertuang dari lisan,

tenangkan hati yang hampa.

 

Untuk jiwa yang senantiasa berdiri ditepi kenestapaan-

 

Kendati itu terlalu nyata, harap yang kemudian tumbuh,

Tapi bukan rasa yang ingin jadikan balasan.

Ia hanya kasian pada (mu) rasa kesepiannya, dan rasa kemanusiaanya.

 

Sekali lagi digaungkan, bukan!

Berbaliklah

 

 

 

EGO

Oleh Laela

 

Kau yang selalu datang di celah waktu

Sungguh datang kapanpun jika kau mau

Apa lagi saat dimana ku tak mau

Begitulah cara yang kulakukan?

Menguasai segala hasrat didalam diriku

Tanpa mengenal dan menyentuh hatiku

Berkuasa dalam hidupku

Berfikir kau selalu yang menjadi ratu di kerajaan

Dengan hanya ingat aku ada, saat kau tiada.

 

 

 

BERJUANG

Oleh Tasya

 

Disaat sepi rasa menghilang

Terlalu benci rasa mendalam

Mencoba bertahan tak berjuang

Melihatnya berdiri terdiam

 

Harapan yang tak disangka

Menemani hari yang tak berujung

Pintu yang seakan inginku buka

Haruskah aku membukanya dan masuk

 

Berbicara hanya menjadi bekas luka

Tak terucap kata menjadi kuat

Seolah kata yang melepas duka

Yang bercerita menjadi cerita

 

Sekarang sudah waktunya berjalan keluar melewati pintu itu

Membuatmu kuat menjalaninya

Karna pintu itu selalu terbuka untukku

 

 

 

RASA MENJADI KATA

Karya : Zahira

 

Sekarang aku lupa caranya,

Bagaimana menulis kata atau tanya.

Lama tak ada rasa yang kutulis,

Karna kini kubiarkan kata luka terkikis.

Kata-katanya hilang begitu mudah

Aku hanya mencoba teralih dari yang sudah.

Serasa tak ada yang luka,

Atau mungkin aku mudah lupa.

Yang aku ingat,

Dulu aku suka kembali melihat lihat

Hingga sebuah rasa yang lama

Dapat menjadi kata-kata umpama

Tapi aku lupa caranya

Bagaimana cara rasa dapat menjadi kata.

 

 

 

NESTAPA

Oleh Rico

 

Kau bilang hari esok kan bahagia

Tapi kenyataanya?

Hanya rasa sakit yang kian hari kian terasa

Kini hanya berujung nestapa

 

Kukira kau penyembuh luka

namun kau buat itu semakin menganga

Di antara banyak aksara

Kau anggap diriku sebagai apa?

  

Lagi-lagi diriku jatuh ke jurang yang sama

Terlena akan indahnya cinta.

 

 

 

ABU-ABU

Oleh Colam

 

Antara hitam dan putih hanya ketidakpastian

Layaknya langit mendung yang membuat bimbang

Kita dapat melihat masa lalu tapi tidak dengan masa depan

Banyak yang membual padaku dengan khayal ramalan

Kala nanti bagiku bersifat rahasia dan menjadi misteri

Seperti tahun-tahun kelabu ini yang menusuk di hati

Perlahan mulai memudarkan semua janji dan mimpi

Penuh bimbang dan dilanda sepi


 

 

 HAMPA

Oleh Sumo


 Pijar cahaya kecil menerobos masuk menerangi ruang-ruang hampa

Sepasang bola mata menatap diding kosong lusuh penuh noda

Langkah kaki berderap menyelinap masuk mengacaukan suasana sepi ruang yang kosong

Terhenti langkah itu terhenti seketika tangan-tanga kotor yang lusuh menggerayangi tubuh menelusuri inchi demi inchi lekuk tubuh ini

Seketika mulut ini berteriak tapi tangan kotor itu menutup dan dengan pelan mengoyak mulut ini

Ari mata menerobos dan keluar membasahi pipi

Dengan isak yang tertahan

Seketika cehaya- cahhaya kecil itu menghilang dan menjauh dari diri ini

Gelap, gelap, dan gelap

Hampa, hampa, dan hampa

Itu yang kurasa

 

 

 

DARI DIA UNTUK SENJA

Oleh Qo’abh

 

Kadang jingga merona

Tak jarang juga hitam kelabu

Ya itulah senja

Indah sebagaimana rupanya

 

Orang itu adalah senja baginya

Setiap hari ia selalu mengagumi senja

Walau pada akhirnya

Senja akan berbaur dengan kegelapan

Dan hembusan angin malam pun meninggalkannya

 

Aku pun menjadi heran

Mengapa ia tak terusik?

Mengapa ia terus bertahan?

 

Senja akan terus mengingatnya

Akan segala mimpinya

Dan semua rasa bahagianya

Serta rasa dukanya

Senja juga membuatnya berani

Untuk terus melangkah maju

 

Dan ini adalah semua rasa

Serta cerita

Dari dia untuk senja




Terima kasih telah membaca 😊

Follow akun media sosial Teater Tjerobong Paberik untuk melihat kegiatan terbaru lainnya!

Instagram    : @teater_tjp

Twitter        : @TeaterTJP

Youtube      : Tjerobong Paberik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar